Minggu, 25 September 2016

Sesimple Mahar dan Seserahan Kami

'Murahkanlah maharmu, mahalkanlah cintamu', salah satu ungkapan yang kami pegang sewaktu mempersiapkan pernikahan tempo hari. Mahar dan seserahan merupakan simbol bahwa laki-laki telah mampu menafkahi dan memenuhi kebutuhan daripada istrinya. Ada seorang teman (udah menikah lebih dulu) bilang kalau ini nih kesempatan perempuan meminta sesuatu yang diingini ke calon suami. Wah, boleh juga ya pikir saya. Tapi kembali pada esensi pernikahan itu sendiri, 'permudahkanlah'. 

Untuk mas kawin, wajib ada ya. Mas kawin ini akan disebutkan laki-laki ketika mengucapkan ijab qabul, tentunya akan tertera dalam buku nikah. Mas kawin biasanya berupa uang dan seperangkat alat sholat.Check this out our project:


Mahar
Setelah browshing sana sini tentang mahar dan segala yang berbau seserahan (saya sih yang lebih suering blog walking), kami memutuskan untuk menyederhanakan mahar dan seserahan. Waktu itu kami malah lebih fokus pada mempersiapkan beberapa konten yang kami butuhkan untuk kehidupan berumah tangga setelah pernikahan. Bukan, bukan seadanya mahar dan seserahan yang suami berikan, tetapi seperlunya, karena yang lebih besar dan berguna buat berumah tangga juga sedang kami perjuangkan ketika itu.

Fix kami sepakat maharnya adalah uang tunai sejumlah tanggal, bulan, dan tahun akad nikah kami serta seperangkat alat sholat. Memilih nominal tersebut ya karena momentum aja sih. Memang hanya ratusan ribu rupiah yakni Rp 240.316,- . Yakin deh yang nikah tahun 2016 kebanyakan maharnya ada nominal 16 rupiah :p. Nah, untuk nominal tersebut enggak mau dong kami cuma-cuma ngasih segepok uang tunai gitu aja, maunya sih dibentuk gitu, ya namanya juga pernikahan, mas kawin, memorable dong ya tentunya. Awalnya mas pengen dibentuk lambang kesatuan, sekitar sebelum prewed tahun lalu kami sempat survey ke salah satu jasa kreasi mahar di kota gadis, entah kenapa, semenjak menginjak kaki disana kami merasa udah kurang sreg aja. Tapi namanya juga lagi nyari referensi jadi ya, kita capcipcup di sana, dan hasilnya kami enggak cocok sama beberapa contoh model dan harga yang ditawarkan. Selanjutnya kami masih memikirkan uang itu mau kita bentuk apa? Buat sendiri jelas enggak ada waktu ketika itu. Akhirnya setelah mengeliminasi beberapa model dan vendor jasa hias mahar, akhirnya terpilihlah bentuk siluet wajah kami dari samping.




Mahar Uang

Hari terakhir 2015 kami memesan ke Al Hambra Jalan Bathoro Katong Ponorogo. Biaya jasa dan piguranya adalah kalau enggak Rp 250.000,- ya Rp 350.000,0 (subhanallah sudah pikun ><). Uang mahar kami sendiri yang nyiapin, awalnya kami membawa uang lima ribuan dan koin seratusan yang gambar gunungan sebanyak tiga buah, tetapi pas mulai dipasang kok kurang ya tetep dong kita apa kata yang bikin aja deh ya. Hehe.  Untuk uang 16 rupiahnya, kami beli di Al Hambra aja, harganya waktu itu Rp 50.000,- kalau enggak salah ya atau malah kurang dari lima puluh ribu ya dulu.  Hm, sudah lupa.


Piguranya itu ukuran 40x50 cm, pas lah buat nanti dipajang. Kami memilih pigura simple hitam karena kami enggak suka pigura yang berornamen.


Seperangkat Alat Sholat dan Seserahan

Mahar Seperangkat Alat Sholat dan Seserahan Lainnya




Mahar lainnya adalah seperangkat alat sholat. Isinya adalah mukena dan sajadah. Untuk seperangkat alat sholat ini bu mertua yang belikan. Jadi ceritanya, kami enggak mau make jasa hias seserahan karena memang berniat menghias sendiri. Alhasil saya yang bertugas nyari referensi lagi soal hias menghias ini. Februari 2016 lalu, barengan sama keluarga saya sowan ke rumah nenek dan saudara di Surabaya, mampirlah kami ke Pusat Grosir Surabaya atau PGS. Tujuannya ya beli wadah seserahan kayak foto di atas. Sebenarnya itu hanya kardus yang dilapisi kain satin dan dihias renda. Atasnya ditutup sama mika. Saya udah keliling Ponorogo dan sekitarnya buat nyari wadah yang demikian sebelumnya, tapi enggak nemu. Alhamdulillah di PGS ini nemu, tapi dulu isinya cuma 3 dengan 3 ukuran berbeda untuk yang atasnya ditutup mika, ada 3 lagi tanpa tutup alias kita nutup sendiri pake plastik bening bermotif yang biasanya buat membungkus jajanan madu mongso itu. Harganya tawar menawar ya kalau di PGS, waktu itu saya kena kurang dari 180 ribu rupiah, tepatnya saya lagi-lagi lupa. Saya pikir never mindlah, kalau kemahalan yaudah lah enggak papa, kita butuh, meskipun buat beberapa waktu aja.


Seperangkat alat sholat pada foto di atas saya bentuk layaknya bed alias kasur. Idenya dapat dari instagram, saking banyaknya yang saya kunjungi saya sampai lupa IG yang mana. Sebenarnya itu bawahan mukena saya karetin bagian kolorannya, lalu renda bagian bawah saya tarik ke atas ketemu sama yang saya karetin tadi, lalu saya bentuk bunga-bunga. Lalu saya bentuk lainnya sehingga menyerupai kasur. Kotak item aslinya wadah jam tangan, isinya kalung emas.

Seserahan kami lainnya juga simple banget. Kain peach itu mertua yang beli, saya enggak ikut. Saya bentuk apalah pokoknya bagus. Tekniknya yang pake jarum pentul, hehe. Hati-hati asal enggak ngerusak kain aman kok.

Tas item itu aslinya isinya ada gumpalan-gumpalan koran, hehe. Biar tegak berdiri aja deh.

Kosmetik dan daleman. Kosmetik dan daleman saya jadiin satu aja karena biar lebih ringkas. Teknik hiasnya adalah make jarum pentul dan isolasi. Isinya simple ya. 

Sandal. Tinggal masukin aja ke wadahnya sambil  ditata agar sedikit eye catching. 


Sederhana sekali bukan mahar dan seserahan kami. Saran nih kalau mau nyari referensi kreasi mahar, di instagram banyak. Mau langsung dateng ke vendor silakan. Buat seserahan, seserahan itu katanya sih harus keperluan perempuan dari atas sampai bawah. Untuk isinya bisa dibicarain bareng, semisal ada yang ngasih seserahan peralatan mandi, bed cover, dan lainnya. Tapi bagi kami enggak kami include-kan.