Minggu, 22 November 2015

Instagram oh Instagram

Coba deh ngaku siapa yang enggak punya instagram?! Jaman dimana smartphone lebih indah dari apapun, instagram (IG) jadi salah satu menu favorite bagi manusia jaman sekarang. Instagram itu ibarat diary. Saya punya instagram awal-awal Android jenis Frozen Yogurt (Froyo) muncul. Froyo adalah android generasi pertama yang lahir sebagai nenek moyang smartphone. Itu mungkin sekitar tahun 2011 atau 2012-an kemarin. Wow, sekarang bahkan 2015 belum habis, android udah punya banyak jenis. Saya lupa urutannya, tapi yang jelas sudah banyak sekali dan si Froyo saya, Samsung Galaxy Mini saya masih setia menemani saya hingga kini.

Back to the IG. Saya punya IG jaman masih android sebagai barang aneh bagi semua. Followers dan following-nya masih sedikit banget. Akun-akun traveling, online shop, bahkan instanusantara yang per-kota ada saja waktu itu belum lahir. Penggunaan hastag yang panjang kayak kereta juga belum begitu banyak. Dulu masih polos mengaplod foto enggak penting, kasih caption alay, dan sederet hal-hal yang sekarang saya pikir kenapa dulu saya melakukannya? 😂 . Tidak, saya tidak menyesal. Namun mengingat itu semua saya jadi ketawa, saya bisa alay dan semacam enggak penting juga ya.

Virus memposting tempat dolan kembali muncul. Tapi saya bukan tipe jepret langsung aploud. Sesempatnya saya saja kapan meng-aploudnya. Semau saya mau men-touch up sedemikian rupa sehingga biar tambah keren. Tak jarang pula, foto selfie atau groufie juga pernah saya aploud. Biar kekinian katanya.

Virus memposting apapun yang kekinian memang tetap menjamur, tetap ada sekalipun saya tak lagi ketularan dan ketagihan. Namun tetap ya, memposting apapun dapat sedikit mengurangi ketidakwarasan diri untuk sedikit lebih ceria. Bicara soal IG, entah mengapa para hater dan kepoers semakin hari semakin banyak. Entah mengapa yang menjadi sasaran utama adalah IG saya. Mau mencari apa sih? Mau kepo soal saya dan mas cami? Ah, saya sampai terharu ada beberapa akun IG yang terkunci dan beberapa kali mencoba memfollow akun saya. Sudah saya tolak lo, kok enggak malu sih ya padahal cuma sesimple perkara memfollow IG loh, mbak 😅. Kalau saya sih, malu aku maluuu...pada semut merah, yang berbaris di dinding. Yang jelas hak saya main-main IG jadi sedikit terganggu meskipun IG saya gembok. Namun juga semakin mendewasakan saya bagaimana menggunakan akun tersebut dan bagaimana menertawakan hidup yang semakin hari semakin tak karuan karena keingintahuan pihak lain. Selamat bermain Instagram, kakak. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar