Selasa, 03 November 2015

Ketika Jenderal Sudirman, Kamu, dan Takdir Berkonspirasi

Pagi tadi kembali membuka-buka akun IG, lihat-lihat postingan terdahulu. Ada satu postingan lima puluh minggu yang lalu atau sekitar bulan Agustus 2014 tentang Monumen Panglima Besar Jenderal Sudirman di Pacitan. Lupa kapan tepatnya travelling ke sana sama brother. Yang aku ingat siang itu matahari cukup tinggi ketika kami sampai.

Sejujurnya kami (saya dan brother) penikkmat jalan-jalan santai, penikmat touring. Selalu penasaran dengan tempat baru lalu tiba-tiba saja pengen mengunjungi. Bukan, bukan agar terlihat hits di postingan IG. Bukan untuk mengejar likes IGers. Kami memposting karena ingin meracuni para IGers. Kami sengaja mengambil spot foto yang sedikit berbeda, macam fotografer kelas dunia, padahal modal kami hanya kamera hp dan kamera pocket. Gaya memang kami. Tapi itulah kami, dengan sedikit ketidakwarasan kami memang menyukai dolan dan menyukai touring.

Sebelum mampir ke monumen, kami sempat menuju rumah yang dulu katanya sempat dijadikan Jend. Sudirman mengatur strategi. Waktu itu sempat berdecak kagum, tentara jaman dulu sungguh tangguh. Di medan seperti itu mampu menghasilkan tempat persembunyian dengan baik serta berbagai pencapaian hingga Bumi Pertiwi ini merdeka. Ah, sempat kagum dengan Tentara Nasional Indonesia. Seandainya, ah lalu lamunanku dikagetkan oleh brother yang mengajak meninggalkan tempat itu lalu menuju monumen.

Saya sudah lupa kapan saya memposting foto itu. Sudah lupa dapat ilham dari mana hingga menulis caption seperti itu. Lalu tiba-tiba, sekitar empat belas minggu lalu ada seseorang yang dengan berapi-api menceritakan pengalamannya semasa pendidikan. Satu hal yang menarik adalah beliau menyebut monumen itu. Saya hanya bisa mendengarkan dengan seksama, sambil mengingat sesuatu yang terdahulu. Iya, saya teringat tentang lamunan saya ketika berada di rumah Jend. Sudirman, lalu teringat postingan saya di IG. Sudah, sudah cukup demikian ketika itu. Itu saja. Pagi ini, saya kembali membaca caption itu;

'Ada yang teguh berdiri rela dipeluk panas dan hujan, karena ia tahu akan ada kamu yang menghampirinya.

Diam-diam dia mendoakanmu. Diam-diam dia merindukanmu.

Namun yang menarik hatimu, belum tentu baik bagi menurut Yang Maha Cinta.

Tetaplah di sana, jika takdir mempertemukan, pasti ada jalan.'

sesederhana itu caption yang saya buat. Lalu tiba-tiba saya merasa setelah ada yang bercerita tentang perjalanannya menjelajah hingga monumen itu, saya selalu tak luput dari monumen tersebut. Mulai dari liputan di televisi tentang monumen itu, lokasi prewed salah satu anggota dari kesatuan yang sama, hingga liputan khusus tentang Jend. Sudirman menyambut HUT TNI awal bulan lalu. Saya terdiam, lamunan saya ketika itu membawa saya yang sekarang berujar Alhamdulillah. Ada seseorang setangguh Jend. Sudirman saat ini. Seseorang yang rela bergerilya demi Bumi Pertiwi. Seseorang yang rela berpanas ria di akhir Ramadhan bergerilya demi sesuatu yang belum pasti ketika itu, sama halnya kemerdekaan Indonesia yang saat itu masih belum jelas. Seseorang yang mendatangi saya sesaat setelah mama berujar 'di rumah saja, jangan main jauh-jauh, siapa tahu justru kamu bertemu jodohmu di rumah'. Seseorang yang mendatangi saya dengan semangat empat lima padahal kami tak saling kenal sebelumnya, bahkan orang tua kami pun tak saling kenal. Seseorang yang pada awalnya tak pernah saya bayangkan akan menarik hati saya, yang ternyata diamiini oleh Sang Maha Cinta. Seseorang yang hadir atas pengharapan penuh dalam bait-bait doa yang sama-sama kami panjatkan. Seseorang yang benar-benar hadir atas dasar takdir yang mempertemukan. Biarlah orang berkata apapun tentang kami, tentang perjalanan kami yang benar-benar tak kami sangka sebelumnya. Biarlah mereka-mereka yang sok tahu tentang kami hidup dalam pikiran mereka masing-masing, merajut semua karangan indah menurut versi mereka. Karena kami, tetap berdiri kokoh seperti Jenderal Sudirman, tak peduli dengan semua yang terlalu mencampuri urusan kami, karena kami punya Tuhan yang lebih besar dari apapun. Keep istiqomah. Dagdigdug karena hari itu semakin dekat. Lindungi kami ya Rabb.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar