Rabu, 02 Desember 2015

Serba-serbi Prewedding

Alhamdulillah wasyukurillah satu step terlaksana dengan lancar. Satu step sesi pemotretan yang sempat bikin deg-degan. Prewedding. Yup, foto prewedding jaman sekarang seolah menjadi suatu kewajiban. Seolah loh ya, bukan menjadi kewajiban , catet! Jadi setelah pusing menentukan jadwal antara mas cami dan mas fotografer, akhirnya weekend akhir November kemarin menjadi agenda foto. Memang kami merencanakan foto pada bulan November, harinya harus Sabtu atau Minggu. Harus, karena mas cami enggak bisa kalau weekday. Lalu setelah ngobrol sama pihak foto, didapatlah pertengahan November. Ada satu hari jadwal kosong mas fotografer. Namun, dari kesatuan mas cami di saat yang sama ada pergantian atribut seragam, jadi enggak bisa. Yasudah, diundur lagi. Minggu depannya, sama-sama enggak bisa karena mas cami harus berangkat ke Morotai dan mas fotografer juga ada job. Dan dua minggu kemudian, bisa enggak bisa mas cami pokoknya harus bisa. Sempat dagdigdug juga ya, karena saat itu Babby O, alias motor CB-nya mas cami sedang ditouch up ulang di bengkel. Dagdigdug bisa jadi tepat waktu enggak ya. Alhamdulillah bisa.

Foto prewed kami ya seperti pada umumnya lah ya, outdoor dan indoor. Selesai foto sempat tanya, bisa terima file editing kapan? Mas Aris, si fotografer (iya kami menggunakan jasa Ariessphoto) menjawab enggak ada seminggu jadi. Oke baiklah. Enggak lama kan ya, lalu shock campur seneng karena keesokan harinya dikabari sudah jadi. Makasih yaa. Makasih banget. Dan seperti bride to be lainnya, yang ingin masang foto di DP bbm, saya juga gitu, hehe. Bukan bermaksud show off, namun lebih kepada  bagaimana menghimpun doa restu untuk kami dari teman-teman. Selain banyak yang komen soal foto, banyak yang tanya kapan hari H, banyak pula yang tanya seputar prewedd. Diulas sedikit deh di sini.

1. Tema Prewedding
Tema itu penting. Dia menjadi sense of photo menurutku. Kalau bisa sih tema itu yang kamu banget atau malah bukan kamu banget. Bisa ambil tema casual sport, tema piknik, pesta kebun, tema di sekolah dan lain-lain. Urusan tema juga harus dikonsultasikan sama fotografer karena dia yang lebih tahu bagaimana angle foto sesuai tema, jadi akan mempermudah ketika sesi ppemotretan. Sedikit banyak fotografer juga akan ngasih saran kok. Sekedar foto berdua, nyenderin kepala di pundak pasangan itu sudah dari jaman dahulu ada. Dan wajib ada sepertinya (efek terlalu sering hunting pose prewed di Instagram 😂).
Tema yang dipilih akan menentukan tempat, kostum, properti, make up, bahkan waktu pemotretan. So, harus dipikirin matang-matang demi hasil yang maksimal.

Dari awal kami merencanakan prewed, mas cami maunya prewed sama motor CB klasiknya. Otomatis temanya adalah Casual Outdoor ada motor CB. Hal pertama yang saya lakukan adalah, hunting foto di IG tentang prewed, terutama yang pakai properti motor, bahkan mobil dan kendaraan berat lainnya. Foto yang menarik hati, saya capture, lalu saya masukkan ke dalam satu folder 'Ins Prewed' di HP, biar gampang aja nyarinya.

Tema kedua adalah Beautifully Indoor. Kenapa saya nyebutnya demikian, karena yang indoor itu kesannya harus anggun, so harus beautifull. Hehe. Apalah ini.

Urusan tema fix, selanjutnya yang dipikirkan adalah...

2. Lokasi Prewedding
Setelah fix tema, lokasi foto akan jadi bahan pertimbangan selanjutnya. Sebenarnya saya punya banyak sekali stock tempat yang cocok. Mulai dari Monumen Jend. Soedirman di Nawangan Pacitan, lalu JLS Pacitan sebelum Pantai Soge dan Kawasan Tumpak Ces, lalu ada di kawasan hutan jati Sampung, jalanan hutan jati di Kec. Jenangan, area gantole Waduk Gajah Mungkur, lapangan bataliyon Kodim, dan masih banyak lagi. Namun itu masih dalam bentuk angan-angan. Perlu banyak pertimbangan  yang harus dipikirkan. Dari segi waktu, kami memilih yang paling efektif dan efisien, enggak lama dan enggak capai di perjalanan. Setelah berangan-angan sama mas cami dan ngobrol sama pihak Mas Aris, ada dua alternatif, lap. Kodim sama kawasan persawahan di daerah Lembah. Akhirnya untuk casual outdoor classic-nya kami foto di kawasan persawahan di daerah Lembah. Dan untuk beautifully indoor kami enggak muluk-muluk, foto di studio AriessPhoto adalah pilihan terbaik.

3. Kostum dan Make Up
Kostum berkaitan juga dong sama tema dan tempat. Untuk casual outdoornya kami pilih memakai kemeja putih dan bawahan hitam. Kesannya memang agak resmi ya, namun tetap elegan casual kok. Kami enggak mau pakai kaos tapi juga gak mau keliatan formal banget, jadi ya dipilihlah itu tadi. Untuk beautifully indoor sudah dipastikan mas cami memang menggunakan PDL dan PDU. Saya sempat bingung mau pakai kostum apa, memakai kebaya sudah terlalu mainstream, memakai bridal enggak disetujui sama mas cami, alhasil saya galau tingkat dewa. Di tengah kegalauan saya, tiba-tiba IG saya difollow sama akun jualan kain embos dan batik. Iseng-iseng saya follback. Dan ternyata jodoh kostum saya ada di sana. Setelah berhasil COD-an sama sistanya, kain embos dan batik saya jahitkan model kebaya kartini, dan hasilnya adalah kostum saya di beautifully indoor. Alhamdulillah. Kenapa saya memilih embos, batik, dan kebaya kartini? Pertama karena saya suka batik dan kebetulan saya belum punya kain embos. Kedua saya merasa cantik kalau memakai kebaya kartini, hahaha....enggak kok, maksudnya ya memang embos dan batik cocok buat kebaya kartini. Saya suka dan sesuai dengan tema foto, dan satu lagi, esok hari juga bisa dipake ke kondangan kan. Hehe.

Make up nya saya emang enggak suka yang menor. Make up saya serahin ke sahabat saya, mamacih Ane ayangnya mas Aris 😚😚😚.

Buat make up, tergantung tema dan kostum ya gaes. Bisa make up sendiri, bisa make up dari salon, bisa juga make up dari Aris. Its up to you.

4. Properti
Properti ini kondisional dan optional ya. Sesuain sama tema. Casual outdoor classic saya menggunakan motor CB. Lalu beberapa hari sebelum foto, saya kepikiran pake papan tulis yang ada tulisannya. Awalnya mikir ini bakal alay, tapi setelah bilang sama mas cami yang jawabannya adalah 'terserah, iya enggak papa pake aja' (😪) nanya ke pihak Ariessphoto. Sayangnya Aris belum punya properti itu, mau bikin juga tidak sempat. Alternatif pertama adalah nyari pinjaman, baru alternatif kedua beli. Alhamdulillah alternatif pertamalah akhirnya, setelah pinjam sana sini dan akhirnya dapat. Hehe. Rencananya mau ditulisin Save the Date atau Get Married lah yang paling umum. Eh mas cami usul tulisannya 'arep rabi'. Lucu. Unik. Dan pada akhirnya kami ngelembur bersihin papan dan bikin tulisan, malam sebelum pemotretan.

Beautifully indoor kami di studio Aris. Disana ada beberapa properti yang bisa digunain untuk mempercantik foto.

5. Waktu Pemotretan
Untuk beautifully indoor karena ini di dalam studio, bisa kapan aja ya. Tergantung kesepakatan sama fotografer. Kalau untuk outdoor karena di luar, bergantung sama cuaca, usahain foto pas cahaya lagi bagus-bagusnya. Enggak twrlalu gelap dan enggak terlalu panas. Bisa emang diedit, namun akan lebih lama dalam proses editing. Ya, intinya soal waktu jangan lupa dikonsultasikan juga.

6. Memilih Vendor
Seharusnya sih ini jadi yang pertama, namun saya letakkan di bawah karena memang perlu namun saya yang sudah sejak dulu jatuh cinta sama jepretannya Aris, jadi enggak perlu memilih vendor. Ini murni bukan karena kami kenal, dan bukan pula karena saya dibayar untuk mempromosikannya, tapi kembali pada pribadi kita mau makai mana. Di Ponorogo sendiri banyak sekali vendor jasa foto prewed dengan berbagai penawaran. Saya memang enggak hunting, tapi nanya-nanya sedikit dan kepo dari IG. Tapi itu untuk sekedar cukup tahu dan nyari inspirasi. Itu aja.
Jadi bijaklah dalam memilih vendor, semua pasti ada plus minusnya. Karena memilih vendor ini sama halnya memilih jodoh. Harus dapat chemistry dan sense of soul. Eeaa.


7. Budget
Ini penting dan krusial. Ini akan menentukan berapa tema dan segala printhilan yang akan digunakan. Banyak vendor yang menyediakan berbagai paket prewedding. Pilihlah sesuai kemauan dan kemampuan. Karena kami menggunakan Ariessphoto, sekedar gambaran ya, kami mengambil dua tema plus cetak di pigura 16R enggak ada sejeti.

Ada beberapa teman yang nanya, 'prewedmu habis berapa juta?' Saya jawab segitu, pada enggak percaya. Ada juga yang bilang itu harga teman, hello kalau masih enggak percaya, hubungin Ariessphoto sendiri deh buat minta price list-nya. Dan kalau masih penasaran kenapa dibikin model gitu, nanya sendiri aja deh kenapa dibikin gitu. Saya mah ogah aja menjelaskan. Hehe..piss bro.

8. Waktu Pengerjaan Editing
Saran saya, kalau merencanakan foto prewed ditaruh di undangan, segera prewed deh. Karena foto itu bakal diedit dulu sebelum diserahin ke percetakan. Di percetakan pun juga akan ada antri cetak dan revisi. Belum nanti distribusi undangan yang mana kan ada aja tuh undangan dari luar kota.

Jadi kamu berhak tahu berapa lama waktu pengerjaan editing dari vendor yang dipilih. Pengalaman dari teman yang beberapa bulan lalu menikah, editing foto prewednya lama banget. Alhasil berpengaruh sama proses cetak dan distribusi undangan. Enggak mau kan kejadian kayak gitu, jadi harus tahu berapa lama diedit, lalu akan mengikuti proses selanjutnya. Di Ariessphoto biasanya sih enggak ada seminggu. Pengalaman acara lamaran kemarin yang belum ada seminggu udah jadi, saya positif thinking aja pasti cepat. Eh ternyata, keesokan harinya, iya...24 jam dari kami foto sesi kedua, dikabari sudah jadi. Waow. Alhamdulillah. So, be smart ya gaes. Keprofesionalan hal sekecil ini harus diperhatikan juga.


Mm..itu dulu deh serba serbi prewedding saya. Panjang ya? Maaf deh. Hehe. Foto-fotonya next post yaah. 😘😘


Selasa, 24 November 2015

November in Progress

Sudah hampir akhir November. Alhamdulillah selalu ada progres yang signifikan. Sudah lama tak posting segala persiapan pernikahan ini, malah kebanyakan surhat ya blog-nya, aih. Ternyata saya memang butuh penyaluran biar enggak stress.

Sampai minggu terakhir November ini sudah melalui pencapaian apa saja yaa, yaudah sekalian cek-mericek yuk.

1. Vendor Salon dan Dekorasi
Beberapa waktu lalu sudah clear dan fix menggunakan salah satu salon yang berada di kecamatan kota. Sudah deal harga dan alhamdulillah dp salon sudah. Segala yang berhubungan dengan persalonan, entah untuk pengantin dan lainnya sudah tercover dengan jelas. Ada beberapa teman yang tanya, temanya warna apa, yes i answered BLUE. Kenapa biru? Sebenarnya dari awal sedikit bingung mau pakai warna tema apa, namun karena mas cami pengen memakai jas kesatuan dan lebih condong pada warna biru, so dipilihlah nuansa biru. Untuk kebaya yang saya kenakan jelas dong warna biru, ada kombinasi gold. Sudah pernah fitting beberapa baju yang ada nuansa biru sih, tapi yang paling fresh dan cocok ya warna biru gold karena kami memakai gebyog putih. Foto-foto fitting baju, ada sih, nanti deh pas review aja postingnya. 😂 . Intinya masalah makeup, kebaya pengantin, kebaya ortu dan camer, kebaya buat among tamu, kebaya pembagi souvenir dan penjaga buku tamu sudah done. Awalnya saya ingin pake warna peach, ceritanya karena baret si abang warna jingga, kan nyambung tuh. Bagus sebenarnya, tapi setelah liat foto yang make warna peach keliatan pucet, yasudah ya bye bye warna peach.

Nyambung sama salon adalah dekorasi. Ada beberapa teman yang nanya, dekornya jadi satu sama salon atau vendor sendiri? Saya jawab, jadi satu sama salon. Kenapa gitu, jadi karena dari kami sendiri ingin yang simple, enggak ribet harus membicarakan dengan vendor lain. Dan cukup puas sih sama contoh dekor gebyog putih dari salon yang kami pilih. Simple elegant. Karena memang dari awal kami mau yang sederhana, dan memang enggak banyak maunya sih dari kami. Karena ya, meskipun sekali seumur hidup namun tetap kami enggak meribetkan harus begini begitu. Mungkin kami ini termasuk capeng yang santai dan enggak rewel masalah ini. Yang saya pengen sebenernya pake karpet biru, tapi si ibu punyanya sih karpet merah, ah yaweslah enggak apa-apa. Toh itu enggak akan mengurangi esensi dari kesakralan resepsi nanti.

2. All About Akad Nikah dan Temu Panggih
Untuk riasan dan dekorasi akad nikah kami memakai salon yang sama. Insha Allah nanti digelar di rumah. Ada janji ibu perias nih yang belum ditepati, survey tempat buat dekorasi nanti, jadi memperkirakan berapa meter gebyog yang dibawa.

Soal baju akad, hiks, belum dijahitkan. Masih galau mau dijahitkan dimana, yang jelas enggak ribet kok nanti modelnya. Warnanya warna SNI akad nikah, haha. Putih tulang. Mas cami nanti insha Allah pake beskap warna senada dari salon. Untuk ortu dan besan pakai warna gold. Kenapa gold, karena manis dipakai aja sih. Matching sama warna putih tulang. Udah ah jangan tanya kenapa lagi. Hehe.

Untuk baju temu panggih atau temu mantennya, masih galau. Maunya pakai baju akad itu saja biar enggak ribet (dasar manten malas,hehe), tapi kepikiran juga sih mau pakai beludru hitam khas paes ageng, huhu...itu idaman banget kan, secara kepengenan dari awal baju itu. Next deh, dibicarain lagi sama mas cami.

Untuk masalah konsumsi, insha Allah sudah fix. Direview deh nanti-nanti.

Untuk soal persyaratan seperti surat N1 dkk serta foto, insha Allah mulai nyari pertengahan bulan Desember atau awal Januari, sekalian bikin SKCK buat syarat untuk pengajuan nikah ke kesatuan.

3. Catering
Done untuk menu dan order menu gubukan. Untuk menu buffet sudah dibicarain dengan vendor, namun belum deal masalah harga. Akhir tahun boo, mau ganti tahun harga-harga bahan baku ikutan ganti boo. Alat-alat prasmanan, oke fix sudah siap tinggal diangkut.

4. Souvenir
Sudah selesai pengepakan sejak sebulanan lalu. Tinggal pasang kartu ucapan aja. Aih, enggak sabar kerja rodi lagi saya. Hehe

5. Undangan
Satu lagi vendor percetakan undangan yang saya datengin. Frescho di Jalan Pramuka, pas belakangnya Putra Sala Group. Saya nanya banyak dan dijelasin sama Mbak Evi singkat padat namun informatif sekali. Kemungkinan besar jadi pakai vendor ini. Saya enggak janji ke mbak evi mau dateng lagi tapi saya berjanji dalam hati, kalau foto prewed sudah selesai editing langsung cuz di mari. Biar papa sama mama enggak ribet nanyain kapan pesen undangan. Karena ya, pengennya undangan itu kesebar ke saudara jauh beberapa minggu sebelum acara. Karena dari kami sendiri kan juga butuh waktu dan perencanaan yang1 tepat kapan mau sowan.

Biarpun masalah undangan belum fix, label nama undangan malah sudah fix. Tinggal nambahin satu dua yang ketinggalan doang. Kemarin sih pas2 nanya ke mbak evi buat label nama nambah 200rupiah/nama. Tapi untuk satu itu udah saya handle sendiri. Gampang sekali ternyata, hehe. Lumayan nyimpen 200 rupiah dikalikan berratus-ratus undangan. Hehe


6. Prewedding Photoshot
Jadwalnya sih pada minggu-minggu ini. Tungguin deh, pasti saya share di sini beberapa yang oke deh. Bismillah.

7. Dokumentasi Acara
Sudah bisa ditebak dong kami make siapa, hehe. Sudah deal-deal-an. Tapi belum kasih depe. Hehe. Kita kan friends  ya, kalau enggak jadi make, boleh deh ke rumah.

8. Souvenir Panitia
Sudah disiapkan dengan cantik, disimpan rapi deh sekarang.

9. Mahar dan Seserahan
Kemarin sudah tanya soal pesan mahar, ya ampun mihil boo di sekitar Madiun barat. Belum hunting harga lagi karena belum sempat. Sudah cazcizcuz nanya yang nemu di IG, dibalas dan belum ada tindak lanjut dari kami.
Untuk seserahan, belum ada sama sekali yang dipersiapkan, hehe. Nantilah mendekati hari H.

10. Gedung
Sampai lupa kalau gedung sudah fix. Tinggal nglunasin, harga naik pula 😂.

11. Hiburan
Ya Allah hampir lupa, ini juga belum sama sekali dihandle. Pucing pala belbi 😭.

12. Ngunduh Mantu
Sedikit banyak membahas acara dengan bumer. Insha Allah nuansa tosca karena, karena bumer udah beli kain buat beliau dan mama warna tosca. Kami yang enggak ribet, mengikutilah yaaa. Never mind. Acaranya gimana next kami bicarakan lagi.

13. Administrasi Persyaratan Pengajuan Nikah
Sedikit demi sedikit diurus. Semoga dimudahkan sampai selesai. Aamiin.

14. Susunan Panitia
Sudah dibentuk sama papa, dibikin enggak ribet. Dibikin sederhana. Dibikin bukan seperti ada jabatan tapi lebih kepada job description.

15. Hunian
Ada yang belum sama sekali saya ceritakan di blog ini. iya soal hunian. Alhamdulillah memang sudah ada hunian untuk kami tinggal setelahnya nanti. Sudah mulai touch up finishing. Bismillah. Bismillah. Bismillah.

16. Etc
Apa lagi ya, itu dulu ya. List yang harus difollow up sudah saya rinci di Note Henpon. Banyak sholawat deh demi kelancaran. Aamiin.


Khawatir

Menemukan tulisan tersebut di salah satu forum menulis di saat saya sedang khawatir rasanya sangat pas sekali pagi ini. Pas karena saya sedang bosan dan lelah hidup dengan kekhawatiran. Kekhawatiran yang entahlah membuat saya susah tidur dan susah makan akhir-akhir ini, atau mungkin sudah beberapa bulan terakhir ini. Kekhawatiran yang bukan tanpa alasan, kekhawatiran yang ya, rasanya ingin saya bekukan dalam freezer dengan suhu minus berlipat-lipat. Kekhawatiran yang menjadikan rasa was-was dan cemas tak berkesudahan. Kekhawatiran yang muncul di hati, ingin sekali meretas, namun tak kuasa untuk mengucap. Kekhawatiran yang muncul, menggerogoti setiap jeda waktu yang saya punya. Menggerogoti segala ruang berpikir saya yang semakin sempit menurut saya. Sungguh, saya lelah dengan segala kekhawatiran ini.

Teori tutup mata, tutup telinga memang tidak sesulit prakteknya. Prakteknya sungguh sulit, sungguh membikin hati dan pikiran remuk redam untuk sekedar kembali duduk dengan manis. Saya rasa posisi duduk saya sudah tidak karuan. Saya rasa untuk kembali duduk manis saja masih susah. Iya, saya benci kekhawatiran ini. Sangat benci. Manusiawi bukan jika saya membenci kekhawatiran ini?

Tidak ada jalan lain selain menghadapi dengan penuh senyum. Tidak ada jalan lain selain kembali membenahi posisi duduk lalu membuang jauh segala bentuk kekhawatiran ini. Tahukah kamu, saya khawatir karena memang sangat khawatir. Sangat was-was. Lalu, apa yang bisa saya lakukan? Hold and hug me please, dear.


Minggu, 22 November 2015

Instagram oh Instagram

Coba deh ngaku siapa yang enggak punya instagram?! Jaman dimana smartphone lebih indah dari apapun, instagram (IG) jadi salah satu menu favorite bagi manusia jaman sekarang. Instagram itu ibarat diary. Saya punya instagram awal-awal Android jenis Frozen Yogurt (Froyo) muncul. Froyo adalah android generasi pertama yang lahir sebagai nenek moyang smartphone. Itu mungkin sekitar tahun 2011 atau 2012-an kemarin. Wow, sekarang bahkan 2015 belum habis, android udah punya banyak jenis. Saya lupa urutannya, tapi yang jelas sudah banyak sekali dan si Froyo saya, Samsung Galaxy Mini saya masih setia menemani saya hingga kini.

Back to the IG. Saya punya IG jaman masih android sebagai barang aneh bagi semua. Followers dan following-nya masih sedikit banget. Akun-akun traveling, online shop, bahkan instanusantara yang per-kota ada saja waktu itu belum lahir. Penggunaan hastag yang panjang kayak kereta juga belum begitu banyak. Dulu masih polos mengaplod foto enggak penting, kasih caption alay, dan sederet hal-hal yang sekarang saya pikir kenapa dulu saya melakukannya? 😂 . Tidak, saya tidak menyesal. Namun mengingat itu semua saya jadi ketawa, saya bisa alay dan semacam enggak penting juga ya.

Virus memposting tempat dolan kembali muncul. Tapi saya bukan tipe jepret langsung aploud. Sesempatnya saya saja kapan meng-aploudnya. Semau saya mau men-touch up sedemikian rupa sehingga biar tambah keren. Tak jarang pula, foto selfie atau groufie juga pernah saya aploud. Biar kekinian katanya.

Virus memposting apapun yang kekinian memang tetap menjamur, tetap ada sekalipun saya tak lagi ketularan dan ketagihan. Namun tetap ya, memposting apapun dapat sedikit mengurangi ketidakwarasan diri untuk sedikit lebih ceria. Bicara soal IG, entah mengapa para hater dan kepoers semakin hari semakin banyak. Entah mengapa yang menjadi sasaran utama adalah IG saya. Mau mencari apa sih? Mau kepo soal saya dan mas cami? Ah, saya sampai terharu ada beberapa akun IG yang terkunci dan beberapa kali mencoba memfollow akun saya. Sudah saya tolak lo, kok enggak malu sih ya padahal cuma sesimple perkara memfollow IG loh, mbak 😅. Kalau saya sih, malu aku maluuu...pada semut merah, yang berbaris di dinding. Yang jelas hak saya main-main IG jadi sedikit terganggu meskipun IG saya gembok. Namun juga semakin mendewasakan saya bagaimana menggunakan akun tersebut dan bagaimana menertawakan hidup yang semakin hari semakin tak karuan karena keingintahuan pihak lain. Selamat bermain Instagram, kakak. 


Tentang Menyembunyikan dan Mempublikasikan

Perkara berbagi, ada kode etik tersendiri yang sepertinya ada kepantasan atau ketidakpantasan dalam individu masing-masing. Kode etik itu seperti tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Meretas dalam diri masing-masing individu. Perkara berbagi apalagi berbagi cerita, seperti blog ini misalnya, seseorang pernah bertanya kepada saya, sempat sekali menulis di blog tentang apa-apa yang sedang atau sudah saya lakukan untuk persiapan ini. Jadi begini, berbagi cerita di sini karena selain berbagi pengalaman (entah ada yang baca atau tidak), ada hasil karya sebagai luapan euforia atau luapan emosi yang kita keluarkan dalam bentuk tulisan. Kenapa saya sempatkan, karena otak perlu penyaluran kreatifitas yang mana kelak dapat saya baca suatu saat nanti, ketika mungkin saja saya kangen dengan masa-masa ini. Perkara sempat tak sempat itu tergantung masing-masing membagi waktu, atau membuang waktu untuk urusan seringan berbagi di blog. Toh, apa-apa yang dituangkan disini adalah lewat proses filterisasi, tidak semua dipublis di sini bukan? 😊

Perkara menyembunyikan atau mempublikasikan, di sini saya akan membahas waktu. Saya rasa selalu ada alasan kenapa seseorang bisa saja menyembunyikan atau mempublikasikan kapan dia akan menikah. Perkara waktu tentu tidak main-main. Memang ya, seseorang itu akan menjadi sangat sensitif ketika semakin mendekati harinya. Ada yang sejak awal terang-terangan mempublikasikan, ada pula yang secara sedikit terbuka, dan ada pula yang dengan tegas menyembunyikan. Maksudnya sama, mungkin untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Dan mungkin juga untuk surprise.

Buat saya, tidak sembarang orang boleh tahu kapan hari tiba. Cukup mohon doa untuk kelancaran semuanya. Saudara-saudara dan sahabat dekat memang sudah tahu. Tapi untuk yang lebih banyak lagi saya rasa tak perlulah tahu. Perkara mempublikasikan atau menyembunyikan itu memang bersangkut paut dengan emosi dan sensitifitas. Benar adanya, bahkan tingkat sensitifitas semakin meninggi, pun perkara tanggal dan siapa yang ingin tahu. Kembali kepada pribadi masing-masing yang akan menikah, dan kembali pula kepada pribadi lain yang ingin tahu kapan pastinya.


Minggu, 15 November 2015

Kami Sedang Belajar

Belajar. Ya, kata itulah yang dapat mewakili kami sejak periode itu. Periode yang membawa kami hingga sejauh ini. Kami sedang belajar bersama. Belajar tentang banyak hal mulai dari hal yang remeh temeh hingga hal yang baru untuk kami. Kami sedang belajar menyelaraskan pikiran dan kemauan. Bukan, bukan karena kami tidak sepaham. Semua itu karena dia laki-laki dan saya perempuan, dia lebih menggunakan logika dan saya tidak sedikit pula menggunakan perasaan, serta usia yang sebenarnya tidak terpaut jauh namun sedikit banyak memberikan kami perbedaan. Namun sebenarnya tujuan kami adalah satu. Satu untuk selamanya. Aamiin.

Saya memang belum pandai memainkan pisau untuk segala jenis jamuan. Namun saya belajar untuk itu. Di rumah mama maupun di rumah ibu selalu saya sempatkan untuk meluangkan waktu bermain-main dengan segala jenis peralatan perang. Dia, meskipun tidak begitu ahli, namun lebih pandai memainkan pisau (saya sedikit malu 😂). Namun dalam kesempatan langka kami menyempatkan diri belajar bersama memainkan pisau. Saya belajar banyak dari dia. Saya belajar banyak tentang ilmu masak-memasak, dari mama, dari ibu, juga dari dia. Dia pandai memasak ❤.

Kami belajar mendesain dan menerapkan langkah DIY (do it yourself alias bikin sendiri). Kami belajar mendekor ruang, memilih warna, memadupadan bahan, dan tidak jarang pula berdebat tentang hal-hal kecil yang pada ujungnya akan berhenti pada kalimat 'yaudah, lihat saja besok". Seketika kami terdiam, tersenyum, lalu berdebat lagi. Iya, kami sedang belajar.

Kami sedang belajar mengumpulkan. Mengumpulkan semangat, mengumpulkan rezeki, mengumpulkan segala hal yang dapat membuat kami nyaman selanjutnya. Iya, lagi-lagi kami belajar saling mendukung satu sama lain, saling memberi semangat, saling berkirim doa untuk kebaikan bersama.

Masih banyak pelajaran yang sedang kami ramu. Tak lupa kami meramu ilmu kesehatan, ilmu gizi, kesehatan reproduksi, tentang anak, tentang masa depan anak, dan perkara yang berkaitan dengan buah hati. Terlalu jauh dan tabukah? Tidak menurut kami. Karena kami siap, maka harus belajar. Entah dengan membaca buku, browshing internet, rajin bertanya, hingga masuk pada forum-forum yang membahas tentang mitos atau fakta. Kami belajar dari mana saja.

Menikah adalah tentang belajar banyak hal. Menikah adalah tentang pembaruan dan penyegaran pengetahuan. Bagi kami semua itu adalah hal baru, mungkin dulu sedikit banyak telah belajar tentang beberapa hal tersebut, tapi kali ini kami belajar bersama, karena kebutuhan dan kenyamanan tidak akan tergerus oleh ego kami serta pihak manapun yang masih tetap ingin tahu keadaan kami. Selamat belajar.


Selasa, 10 November 2015

Rasanya Kami Tak Sempat

Rasanya kami tidak punya waktu untuk sekedar haha hihi menertawakan stand up comedy di televisi. Kami serasa tidak sempat meluangkan waktu sekedar mengintervensi para kepoers dan haters. Waktu kami sudah terbuang untuk hal-hal yang bersifat krusial dan segera. Kami harus pandai memutar otak, bagaimana memanajemen beberapa yang memang harus diurus seperti segala kebutuhan pra nikah dan pasca menikah. Tidak jarang kami berpikir kesiapan kami berdua belum cukup, namun kami berani mengambil keputusan besar ini karena kami yakin kami bisa. Kami berusaha semampu kami dan tentunya tak luput dari doa restu orang tua dalam segalanya. Urusan kepoers dan haters itu menguap dengan sendirinya. Namun tak jarang juga, tidak sengaja terbawa pikiran tentang itu. Kenapa begitu? Ah, entahlah. Kami anggap itu adalah intermezo untuk menguatkan niat dan cinta kami. Kami melangkah untuk mengharap ridhoNya. Kami melangkah bukan atas kendali penuh dari orang tua kami. Kami melangkah karena memang yakin dengan jalan yang kami tempuh. Kami melangkah   atas keyakinan kami mengalahkan ego masing-masing tentang siapa dia dan siapa saya di masa lampau. Masa lampau sekali. Masa di mana kami tidak akan kembali namun tetap menjadikannya sebagai pelajaran kami.

Saya hanya meyakini satu hal bahwa kami  yakin dan selalu yakin akan jalan yang kami tempuh ini adalah sesuai jalan dariNya. Tiada keraguan sedikitpun. Tiada kegoncangan hati hanya karena intervensi kepoers dan haters kami. Selamat malam, selamat beristirahat. Saya lelah.


Kamis, 05 November 2015

Tentang Kebiasaan yang Tergerus

Pada jaman dahulu, saya suka main yang jauh. Main dengan brother dan atau teman-teman saya dari berbagai kalangan. Sejak dahulu, saya pengagum pantai dan senjanya, namun saya tidak bisa berenang bahkan menyelam untuk diving yang sedang booming. Sejak kecil, papa sudah menulari jiwa-jiwa dolannya kepada saya dengan penuh kesederhanaan. Rasanya, waktu itu tiada hari tanpa dolan setiap minggunya. Dolan menikmati alam, bukan sekedar cuci mata dan berakhir pada budaya konsumtifisme. Dolan dengan penuh kesederhanaan menggunakan roda dua. Jauh dekat tak masalah ketika itu, ketika encok di badan masih belum terasa begitu kuat semakin lama.

Kebiasaan itu berlanjut, masa-masa SMP dan SMA, hobi dolan terlaksana dengan teman-teman (waktu itu brother masih terlalu kecil untuk ikut dolan bersama). Sudah agak lupa kemana kami dolan bersama, yang saya ingat hanyalah pernah pada masa itu saya kemudian malas main karena takut di jalan. Iya, saya sempat takut jika terjadi apapun di jalan, bahkan di tempat tujuan. Katakaan saat itu sempat takut tantangan. Entahlah, sedihnya sekarang.
Beranjak sedikit lebih dewasa, rasa ingin main-main itu tumbuh kembali. Kehidupan di Malang yang banyak dan mudah dijumpai tempat main, seolah membius saya untuk kembali rajin main. Rajin setor muka ke setiap tempat wisata yang ada. Namun lagi-lagi kemudian saya sempat vakum dari dunia dolan-dolan karena beberapa kesibukan setiap weekend dan setiap libur.

Jadwal dolan-dolan yang sempat terbengkalai perlahan hidup kembali seiring berkembangnya akun instagram. Iya, banyak sekali akun pribadi bahkan akun official tempat-tempat dolan atau komunitas fotografi dan atau komunitas lainnya yang memamerkan aneka ragam pose tentang dolan dan jalan-jalan. Racun memang. Apalagi banyak sekali spot yang mungkin saja belum saya kunjungi #banyak pasti. Kemudian saya sempat mengikuti aliran dimana setelah saya dolan, saya aploud dengan sedikit touch up editing foto, hastag yang berjejer, dan caption yang penuh makna. Ah, masa itu. Masa pencarian jati diri. Masa di mana dolan begitu nikmat. Sempat saya berpikir, siapa tahu ketemu jodoh di salah satu perjalanan itu. Siapa tahu kan?

Perlahan kebiasaan dolan itu (apalagi yang kemudian di-aploud di sosial media) perlahan menghilang, tergerus dengan satu hal yang sebenarnya tidak dapat disalahkan. Dolan atau sekarang bahasa kerennya adalah traveling adalah hobi yang harus dituntaskan. Sama halnya dengan mas cami yang punya hobi pada modifikasi motor (yang tak ada habisnya 😪) dan pada musik yang masih tersalurkan kadang-kadang. Atau mungkin saja sebenarnya mas cami juga berhobi dolan namun saya yang tidak mengetahuinya?

Sekarang, saat ini, saya sedang malas dolan, malas jalan-jalan. Bagi saya sekarang semua itu hanya buang waktu, berkebalikan memang, seperti bukan dari saya persepsi itu. Seolah tergerus dengan satu hal yang kembali tak dapat disalahkan. Satu hal tersebut bukan sebagai penghalang saya dolan, namun entahlah, jiwa saya yang berkata, saya harus berhenti. Saya harus belajar lebih banyak tinggal di rumah karena akan ada yang saya urus. Semua itu nyatanya dapat saya lalui namun sesekali juga rindu dengan masa di mana dolan adalah dewa yang harus disembah. Saya labil di titik ini. Maafkan. Hiks.

Semalam ketika telefon hampir tengah malam berbunyi, mas cami mengatakan sesuatu tentang Morotai. Wilayah di salah satu bagian Indonesia timur (saya tahu setelah langsung mengecek via globe eh Google Maps maksudnya, sesaat setelah telefon ditutup). Iya, ada rencana ke Morotai dalam waktu dekat ini. Kembali bertafakur, jika memang harus berangkat jagalah beliau dan rekan-rekan sejawatnya. Tak lama memang, namun membayangkan mempersiapkan semuanya sendirian adalah seperti tinggal dalam rumah sendirian. Kepo-lah kemudian tentang Morotai, lebih tepatnya  membayangkan bagaimana jika suatu saat tugas itu harus menyertakanku ikut. Morotai, di sana adakah sinyal? Adakah toko penjual pampers bayi? Atau adakah tempat dolan aduhai yang bisa sebagai pelipur lara?

Morotai yang jauh di mato, Morotai yang tak pernah saya cari tahu tentangnya sebelum ini, Morotai yang ternyata mempunyai Lanud Leo Wattimena, ternyata menyimpan segudang cerita sejarah. Saya bukan mantan anak IPS, jadi saya tidak tahu bagaimana sejarah Morotai. Pelajaran Sejarah sejak SD yang menampilkan kerajaan di Indonesia dan trengginasnya bangsa Indonesia jaman dahulu, tak sedikit pun menggores memori saya tentang Morotai. Iya, saya buta warna akan Morotai. Ternyata Morotai memang indah. Morotai memang candu. Banyak spot menarik yang harus dikunjungi jika saja saya sempat menginjakkan kaki di Provinsi Maluku Utara tersebut. Namun ingat, itu hanya seandainya. Karena tak mungkinlah tanpa suami menginjakkan kaki di tanah yang sempat dirajai oleh MacArthur tersebut. Ah, namun semoga saja tak lamalah mas cami di Morotai, kami punya satu jadwal untuk prewedding dalam waktu dekat ini. Bismillah. Semoga jika memang harus berangkat ke Morotai, tak lama dan kembali dengan selamat. Lalu jika suatu saat dapat bertandang ke Morotai, semoga dapat tumbuh kembali nafsu dolan mengeksplore Morotai. Wallahuallam 😂.


Selasa, 03 November 2015

Ketika Jenderal Sudirman, Kamu, dan Takdir Berkonspirasi

Pagi tadi kembali membuka-buka akun IG, lihat-lihat postingan terdahulu. Ada satu postingan lima puluh minggu yang lalu atau sekitar bulan Agustus 2014 tentang Monumen Panglima Besar Jenderal Sudirman di Pacitan. Lupa kapan tepatnya travelling ke sana sama brother. Yang aku ingat siang itu matahari cukup tinggi ketika kami sampai.

Sejujurnya kami (saya dan brother) penikkmat jalan-jalan santai, penikmat touring. Selalu penasaran dengan tempat baru lalu tiba-tiba saja pengen mengunjungi. Bukan, bukan agar terlihat hits di postingan IG. Bukan untuk mengejar likes IGers. Kami memposting karena ingin meracuni para IGers. Kami sengaja mengambil spot foto yang sedikit berbeda, macam fotografer kelas dunia, padahal modal kami hanya kamera hp dan kamera pocket. Gaya memang kami. Tapi itulah kami, dengan sedikit ketidakwarasan kami memang menyukai dolan dan menyukai touring.

Sebelum mampir ke monumen, kami sempat menuju rumah yang dulu katanya sempat dijadikan Jend. Sudirman mengatur strategi. Waktu itu sempat berdecak kagum, tentara jaman dulu sungguh tangguh. Di medan seperti itu mampu menghasilkan tempat persembunyian dengan baik serta berbagai pencapaian hingga Bumi Pertiwi ini merdeka. Ah, sempat kagum dengan Tentara Nasional Indonesia. Seandainya, ah lalu lamunanku dikagetkan oleh brother yang mengajak meninggalkan tempat itu lalu menuju monumen.

Saya sudah lupa kapan saya memposting foto itu. Sudah lupa dapat ilham dari mana hingga menulis caption seperti itu. Lalu tiba-tiba, sekitar empat belas minggu lalu ada seseorang yang dengan berapi-api menceritakan pengalamannya semasa pendidikan. Satu hal yang menarik adalah beliau menyebut monumen itu. Saya hanya bisa mendengarkan dengan seksama, sambil mengingat sesuatu yang terdahulu. Iya, saya teringat tentang lamunan saya ketika berada di rumah Jend. Sudirman, lalu teringat postingan saya di IG. Sudah, sudah cukup demikian ketika itu. Itu saja. Pagi ini, saya kembali membaca caption itu;

'Ada yang teguh berdiri rela dipeluk panas dan hujan, karena ia tahu akan ada kamu yang menghampirinya.

Diam-diam dia mendoakanmu. Diam-diam dia merindukanmu.

Namun yang menarik hatimu, belum tentu baik bagi menurut Yang Maha Cinta.

Tetaplah di sana, jika takdir mempertemukan, pasti ada jalan.'

sesederhana itu caption yang saya buat. Lalu tiba-tiba saya merasa setelah ada yang bercerita tentang perjalanannya menjelajah hingga monumen itu, saya selalu tak luput dari monumen tersebut. Mulai dari liputan di televisi tentang monumen itu, lokasi prewed salah satu anggota dari kesatuan yang sama, hingga liputan khusus tentang Jend. Sudirman menyambut HUT TNI awal bulan lalu. Saya terdiam, lamunan saya ketika itu membawa saya yang sekarang berujar Alhamdulillah. Ada seseorang setangguh Jend. Sudirman saat ini. Seseorang yang rela bergerilya demi Bumi Pertiwi. Seseorang yang rela berpanas ria di akhir Ramadhan bergerilya demi sesuatu yang belum pasti ketika itu, sama halnya kemerdekaan Indonesia yang saat itu masih belum jelas. Seseorang yang mendatangi saya sesaat setelah mama berujar 'di rumah saja, jangan main jauh-jauh, siapa tahu justru kamu bertemu jodohmu di rumah'. Seseorang yang mendatangi saya dengan semangat empat lima padahal kami tak saling kenal sebelumnya, bahkan orang tua kami pun tak saling kenal. Seseorang yang pada awalnya tak pernah saya bayangkan akan menarik hati saya, yang ternyata diamiini oleh Sang Maha Cinta. Seseorang yang hadir atas pengharapan penuh dalam bait-bait doa yang sama-sama kami panjatkan. Seseorang yang benar-benar hadir atas dasar takdir yang mempertemukan. Biarlah orang berkata apapun tentang kami, tentang perjalanan kami yang benar-benar tak kami sangka sebelumnya. Biarlah mereka-mereka yang sok tahu tentang kami hidup dalam pikiran mereka masing-masing, merajut semua karangan indah menurut versi mereka. Karena kami, tetap berdiri kokoh seperti Jenderal Sudirman, tak peduli dengan semua yang terlalu mencampuri urusan kami, karena kami punya Tuhan yang lebih besar dari apapun. Keep istiqomah. Dagdigdug karena hari itu semakin dekat. Lindungi kami ya Rabb.


Jumat, 23 Oktober 2015

Dear HATERS & KEPOERS

Selamat pagi haters dan kepoers. Selamat datang kembali. Selamat berbelanja. Terima kasih.

Kayak mbak-mbak dan mas-mas Indomart, ucapan-ucapan di atas sepertinya cocok untuk para haters dan kepoers yang selama beberapa bulan ini rajin banget mantengin seluruh sosial mediaku. Mungkin maksud hati ingin mengetahui kehidupan lebih dalam lewat sosial media itu. Tapi apa daya jika ternyata super protektif kalau udah musuh aku. Kasian kamu mbak, mau bikin akun hoax seribu kali juga enggak bakal bisa. Maafkan aku ya.

Lalu apa yang kalian kepo? Apa yang kalian inginkan? Toh beraninya juga cuma di belakang layar. Sini lo ketemu aku. Main-main sini, nanti aku jajanin teh botol sama mie lidi yang pedes itu. Atau kurang classy? Maunya apa dong? Sorry dorry ya di sini enggak jaman deh Pizza Hut. Jamannya itu uleg-uleg dicocol sambel terasi terus elus-elus deh ke mata dan bibir. Dijamin segala hal yang ingin kalian kepoin, bakalan dapat jawaban saat itu juga. Masih kurang? Nanti deh aku ajakin jalan-jalan. Maunya  kemana?

Kalian lo usianya lebih daripada saya, dewasanya seharusnya juga lebih daripada saya. Salah satu dari kalian bahkan udah jadi ibu Jala Senastri. Enggak malu sama seragam mbak masih enggak ada kerjaan ngepoin saya? Kepoin tuh Annisa Pohan. Udah jelas-jelas Ibu Persit KCK yang membahana tuh.

Dear haters and kepoers, serius ya saya malas dan capek sama segala tindakan under classy kalian. Kurang kerjaan banget. Sini lo bantuin cuci piring di rumah. Semoga deh kalian segera capek sama kerjaan enggak bermutu itu. Ngapain sih bikin seribu akun cuma buat kepo kami, duh sumpah terharu saya 😂. Makasih buanyak lo. Udah ah, pertahanan  akun saya dijaga sama badan intelijen. Jangan macam-macam ya. Inget umur mbak. Semoga selamat sampai akhir hayat deh. Lalala.



Posted via Blogaway


'Sik Suwe'

Ya well, semenjak main-main Daisypath banyak yang kepo itu undangannya ya, jadinya kapan, dan sederet pertanyaan kepo lainnya. Jujur deh ya, buat tanggal pastinya enggak sembarang orang aku kasih tahu. Nyari amannya aja.

Sesiang tadi, ada yang nanyain kapan nikah, yang tanya sih temen jaman SMA. Aku cuma bilang bulannya. Dan jawabnya adalah 'oalah, sik suwe ternyata'. Oke darling, kalau kami (mas cami dan aku) berhitung, itu juga cukup lama menurut kami. Itu karena perhitungan kasar timing hari H. Perkara tanggal sejujurnya kami mengikuti apa kata orang tua kami. Enggak dapat dipungkiri kami yang tinggal di Jawa memang soal hari ini menggunakan hitungan weton yang lumayan njlimet. Enggak cuma weton lahir kami, namun ada juga rumusan hari naas keluarga, belum lagi itungan apa itu yang sejujurnya kami enggak paham dan cenderung buat 'manut'. Kalau kata mas cami sih yang penting nikah sesegera mungkin. Hehe

Iya mungkin masih lama, itungan bulan dibilang lama, apalagi yang itungan tahun. Kami enggak butuh komen 'oh kok cepet', 'oh, masih lama, santai non', 'oh, gak nyangka ya kalian mau nikah'. Kami hanya butuh doa. Doa buat kelancaran acara kami. Bener kata bridezilla, masa-masa sekarang adalah masa sensitif dan senewen dengan apa kata orang soal nikahan. Hiks.

Masalah cepet atau lama, harusnya sih ya  dilihat juga dengan persiapan yang udah dilakukan. Kalau kata seseorang itu 'oh, sik suwe ternyata', itu belum apa-apa dibanding dengan persiapan kami. Dengan gini kami dituntut enggak berleha-leha mempersiapkannya. Malah cenderung mematangkan konsep yang sebenarnya simple tapi terkesan ribet karena harus menyatukan beberapa kepala. Oke, yang nikah adalah kami, tapi buat acaranya, yang mana adalah orang tua kami yang punya gawe, tetep harus kami libatkan mulai dari persiapan sejak dini. Apalagi mas cami yang waktunya memang enggak bisa available setiap saat, jadi aku rasa 'sik suwe' dari seseorang beneran enggak sama sekali mendukung. Contohnya adalah nyari jadwal buat prewedding. Enggak cuma kami client-nya kan, dan kami juga harus nyesuain jadwal sama jadwal abang fotografer dan mas cami, sedangkan ortu kami sudah ngasih alarm buat segera prewedd dan naik cetak undangan.

Kalau semisal 'sik suwe' dari seseorang itu bisa menghandle cling-cling jadilah prewedding itu tanggal sekian, jadilah undangan berikut preweddnya itu enggak masalah. Percetakan pun enggak ngerjain undangan pesanan kami doang, dan mungkin ada revisi undangan, belum lagi urusan ngeprint label nama. Hello, 'sik suwe' mu itu gimana mbak yu?

Duh, jadi baper kan cuma masalah itu. Sebenernya enggak penting juga ya bahas ini. Namun ketika ada yang bilang sesimple 'sik suwe' soal hari besar dalam sejarah hidup kami ini, jadi pengen ngambil hikmah atas ketikannya di bbm siang tadi. Mereka enggak tahu apa yang udah kami lakukan dan persiapkan selama masa 'sik suwe' ini. Mereka belum tahu bahwa ngurusin nikahan sendiri itu nikmatnya tak terkira meskipun itu 'sik suwe'. Mereka belum tahu kalau dalam waktu 'sik suwe' itu harus nyiapin berjuta-juta printhilan nikahan. Dan semoga masa 'sik suwe' itu akan indah pada waktunya. Lalu, kapan kamu menikah mbak yu? Semoga cepet ya. Tenang, aku enggak akan bilang 'sik suwe' kok 😊. Kemudian melipir.


Kamis, 22 Oktober 2015

Time So Fast

Daisypath ticker timer wedding, aplikasi ini udah lama banget. Sejak jaman masih eksis di FB dulu pernah ngelink-in sama Daisypath. Dan kemarin ingat itu lalu bikin deh daisypath ticket timer wedding buat kita. Alay? Ah bodo amat. Biar semangat aja liat yang unyu-unyu gitu sambil ngitung mundur hari-H. 😂

Sebetulnya sih ya maunya nge-link ke blog ini. Tapi dari kemarin ngutek-ngutek belum bisa terus. Maklumin, semua postingan dan settingan blog pake HP, rada rempong ya kalau harus bukain setting dari HP. Padahal sebenarnya tinggal copas URL tapi apa daya, belum berhasil.

Sebenarnya tanpa Daisypath sih bisa aja menghitung mundur hingga hari itu tiba. Tapi percayalah Daisypath ini cukup menghibur hati yang galau. Masih sempat galau? Enggak sempat sih, galaunya adalah galau soal perwedding-an. Apa aja? Buat bridezilla yang udah atau sedang ngalamin, pasti ya galaunya ada aja. Biasalah, apa maunya kita pasti akan disinkronkan dengan lingkungan dan saran masukan dari beberapa pihak. Kuncinya ya iyain aja deh daripada ribet, tentunya sambil dipilah dan dipikirin lagi sebenarnya galaunya itu penting atau penting banget.

Btw, suatu ketika pernah sih mikir ngapain sih share di blog, ngeluarin isi kepala apalagi soal persiapan nikah gini. Masih sempat kah ngetik bejibun huruf, lagian siapa yang peduli sih ya sama urusanku soal beginian? 😂 . Oke, tapi sekali lagi aku menguatkan diri sendiri. Bahwa penting gak penting atau dibaca gak dibaca blog ini sama orang lain, blog ini penting buat aku, juga buat mas cami (kelak). Satu hal yang aku ingat, karena kerempongan selama ini adalah fase yang sedang aku jalani saat ini demi masa depan kami nanti. Duh, bahasanya belibet. Ya intinya, blog ini bisa aku baca suatu hari nanti. Karena nyiapin nikahan itu SERU.

X months & X day until our wedding day, thank Daisypath.

Note:
X mean rahasiaaa.


Minggu, 18 Oktober 2015

Oktober in Progress

H-beberapa bulan 😂, lama enggak posting bukan berarti enggak ada progres yang berarti ya. Ini sudah Oktober (masih Oktober), sedikit demi sedikit progresnya semakin bertambah, amiin. Ya well, saya jadi bingung mau posting apa 😣. Yang jelas sudah banyak hal yang telah diurus. Mulai dari gedung, salon, souvenir, catering, beberapa kelengkapan administrasi, prewedding, dan lain-lain. Lets check list one by one:

1. Gedung
Sudah booked dua bulan lalu, iya papa mama semangat mantu anak pertamanya, jauh-jauh hari sudah booked Gedung Sasana Praja. Sempat ganti tanggal, alhamdulillah kosong. Kabar agak kurang enaknya sih beberapa waktu lalu dapat sms dari Mbak Ike kalau tarif buat tahun depan itu naik sekitar 30%, yaudah ya ngikut. Semangat.

2. Salon Rias
Sesuai janji dan arahan dari ibu perias dua bulan lalu yang disuruh balik lagi habis Syuroan, akhirnya kami (saya dan mamapapa) balik lagi ke salon rias yang pertama dan satu-satunya kami datengin dua bulan lalu. Setelah diskusi banyak hal, deal lah. Yang jelas ganti adalah kostum, iyaaaa demi cintaku padanya kuturuti keinginannya soal kostum resepsi. I love You mas cami. Sayangnya sih kemarin mas cami enggak bisa ikutan dengan alasan, mbengkel babby O 😒.

3. Souvenir
Ini nih yang selama hampir dua bulan enggak terpecahkan karena mama papa dan saya maunya beda-beda, enggak ada yang mau mengalah. Hehe. Akhirnya, setelah berhari-hari debat hanya perkara souvenir, akhirnya terpilihlah satu buat souvenir. Jadi kami di suatu Minggu pagi yang cerah menuju Tulungagung untuk hunting ke daerah Pasar Wage. Souvenirnya apa, nanti ah, surprise. Yang jelas, progres untuk souvenir sudah lima puluh persen lebih. Kurang dikit lagi selesai pengemasan. Yup, kami mengemas sendiri, DIY-lah pokoknya. Do it your self, we are wonder woman (dibantuin mama sama yang uti sih 😂💪).

4. Prewedding
Malam minggu kemarin mas cami rela berangkat malam ke rumah sehabis mbengkelin babby O. Ah, love you ya. Niatnya adalah hunting kemeja buat prewedding. Tapi karena terbentur waktu, cuma dapat kemeja buat mas cami, dan keesokan harinya aku ditemeni Ani deh huntingnya. Makasih yaaa 😊.

Jadi malam minggu itu kami kencan buta, sambil mengopi sambil bahas konsep prewed, sambil nyari inspirasi by Instagram 😂. Udah calling-calling Ariess Photo dan insha Allah next month we will take it. Jadwalnya ngikut mas cami 😪. Bismillah.

5. Kelengkapan Administrasi
Beberapa sudah tercukupi, tinggal melengkapi lagi. Mudahkan ya Rabb. Aamiin.

Mm, ada lagi sih progressnya, termasuk catering dan beberapa hal kecil lainnya. Next ya sharing lagi. Tiba-tiba kangen mas cami nih 😉.


Senin, 12 Oktober 2015

Photobooth Enggak Ya?

Sabtu kemarin dapat undangan resepsi pernikahan Mbak Dwi dan Mas Agus, pasangan yang udah dari jaman SMP dan SMA jadi kakak kelas. Pasti seneng ya setelah sekian tahun menunggu, akhirnya hari bahagia itu datang juga. Memang benar, akan indah pada waktunya masing-masing 😂. Jadi ceritanya, dua minggu lalu tiba-tiba bantuin jadi 'vendor jasa' menghias kamar pengantin. Enggak pake kelambu-kelambu sih, cuma pake kembang-kembang yang dirangkai pesan di Dahlia Florist. Tinggal masang dan sedikit touch up kamar pengantin Mbak Dwi dan Mas Agus. Karena jadi 'vendor jasa dadakan' kemarin akhirnya beberapa prosesi jadi ikut terlibat. Sekalian belajar buat besok 😂. Dan masuk list selanjutnya yang bisa ditangani sendiri adalah menghias kamar pengantin sendiri 💪💐😁. Bismillah. Semoga diijabah. Mas cami sempat nanya, kenapa harus dihias, kan tinggal tidur, enggak perlu bagus-baguslah. Yee, enggak mau malam pertamanya beda gitu bang? 😜

Prosesi di nikahan Mbak Dwi kemarin simple dan enggak banyak acara adat yang digelar, alias banyak yang diskip. Tapi aku yakin pasti sesimple-simplenya acara nikahan, akan ribet pada waktunya. Ya, dinikmati sajalah segala kerempongannya. Insha Allah akan jadi berkah. Aamiin.

And, di resepsi nikahan Mbak Dwi dan Mas Agus inilah the first dateng sama mas cami. Sempat telat dateng karena seharusnya dapat undangan sebagai pengiring pengantin, eh gara-gara menunggu mas cami yang harus perjalanan sekitar sejam dulu. Satu hal yang bikin berkesan adalah adanya photobooth. Photobooth masih terbilang langka di Ponorogo tapi sudah cukup booming. Dan mas cami sepertinya pengen ada photobooth, tapi harus pakai photobooth enggak sih biar keliatan lucu? Jadi PR kami selanjutnya nih.

Btw, hasil photobooth kemarin sempat disangkain beberapa orang adalah prewedding kami😂. Mungkin karena saking umumnya pose kami ya. Hihi


Sabtu, 05 September 2015

The First



Siang menjelang sore kala itu, tuan berjaket biru ke kotaku, berniat menemuiku di penghujung Ramadhan. Well, kami saling kenal empat hari sebelumnya, 12 Juli. Dan di H-1 lebaran itu beliau mengaku menuju kotaku yang berjarak 30an KM. Iya, hanya 30 KM saja. Namun perjuangannya berpanas ria di hari terakhir puasa itu aku hadiahi sebuah rumah, eh maksudnya adalah kuhadiahi singgah di rumah yang pada akhirnya ditolak olehnya. Kenapa ditolak? Karena beliau mengajakku ke pasar burung. Iya aku tahu ini hanya modusnya saja. Ah, tak apalah. Bagiku yang awalnya setengah takut ketika menjemputnya di depan komplek perumahan, dan mendapati tuan berjaket biru ini seperti dejavu. Dejavu karena jaket biru. Jaket biru yang pada beberapa waktu sebelumnya sempat singgah ke mimpiku. Mungkin itu adalah pertanda bahwa tuan berjaket biru akan datang.

Di pasar burung, tak banyak interaksi di antara kami. Beliau sibuk melihat-lihat burung dan menawar pada penjualnya. Berpindah ke outlet lainnya dan berakhir pada permintaanku untuk meminta tolong menemani membeli beberapa titipan orang rumah. Dan disanggupi olehnya. Bahagia 😂. Destinasi selanjutnya adalah salah satu swalayan yang tidak besar juga tidak kecil. Mungkin memang jalannya harus lebih berlama-lama dengan tuan berjaket biru, di swalayan itu tidak ada barang yang aku cari. Dan mari kita menuju satu-satunya mall di kotaku. Berharap mendapatkan barang itu dan sore itu segera berlalu karena aku ada janji dengan besties untuk buber.

Tak disangka, ternyata justru di mall inilah kami semakin merasa dekat. Beliau memintaku menuju hypermart sendirian dan menungguku di outlet kaset film di depannya. Ya well, tidak masalah bagiku yang memang sudah sering melakukannya sendiri. Dan kejadian setelah itu adalah aku mendapatinya sedang sibuk memilah film lalu iseng saja aku jepret. Selesai membeli kaset, entah siapa yang mengajak, kami malah jalan-jalan di mall itu daaaann inilah yang membuatku tiba-tiba jatuh cinta. Alurnya kemudian adalah beliau memintaku untuk membantu memilihkan baju koko untuknya. Dan kami merasa sama-sama sedekat nadi. Eeaa..

Sebut saja itu tadi kencan pertama. Ah, aku rindu.


Selasa, 01 September 2015

Besties, Wanna be Our Bridesmaid?

Lap. Batalion Kodim, Desember 2014

Food Fest. PCC, 16 Juli 2015

Rumahku, 1 Agustus 2015


Karena sahabat adalah rumah kedua...

Besties, adalah nama grup di WA yang berisi enam anggota. Saling kenal sejak kelas 2 SMP di tahun 2005, dan sekarang sudah 2015. Alhamdulillah sudah 10 tahun berlalu. Dulu, kami tidak pernah mengikrarkan akan membentuk sebuah gank atau apalah itu. Seiring berjalannya waktu dan seleksi alam, ternyata merekalah yang tetap tinggal dan tidak pernah pergi, hingga detik ini.

Foto pertama diambil di Lapangan Batalion Kodim Ponorogo. Ini foto pertama berenam difoto sama Ariessphoto. Fotonya keren-keren, sayang di hp ini tak ade (iya saya posting lewat hp 😁). Ya iyalah keren, fotografernya profesional sih ya. Waktu itu liburan Natal yang lumayan panjang menjadikan salah satu dari kami yang berada di Kalimantan cuti agak lama. Yuk mari kenalan dulu...

# kerudung kuning berkaos hitam itu adalah calon Nyonya Rizal yang sedang semi sibuk mempersiapkan pernikahan.ihii
# di kiriku pakai celana jeans it adalah Ane, calon Nyonya Aris (aamiin), mbak cantik ini dulu kuliah kebidanan, tapi sekarang banting setir ke bisnis bridal dan kecantikan. Ceritanya mau kerja bareng mas calon suami, si abang fotografer si mbaknya make up artisnya 😂.
# di kirinya Ane, berhijab ungu namanya Annisa. Dia sejak SMA udah merantau ke Malang. Dilanjut ke Jakarta dan sekarang stay di Surabaya. Kerjaannya yang bergerak di bidang telekomunikasi sering banget bawa mbak ini keliling kota di Indo bahkan ke LN. Nisa lagi pengen banget mimpi ketemu ular. Hihi. Katanya kalau udah mimpi ketemu ular, bakalan cepet ketemu jodoh. Aamiin.
# next di kiri Nisa berhijab pink namanya Ani. Rumah Ani seriiing banget jadi markasnya anak-anak kalau lagi kumpul. Sama keluarganya pun juga deket. Mbak akuntansi ini sedang sibuk nyiapin buat nikahan kakaknya. Sedang menanti mas-mas yang mau ngajak ta'aruf. Cie.
# di kiri Ani ada Anjar. Anjar ini yang sekarang paling jauh. Aku lupa di kota apa, pokoknya di Kalimantan. Kerja di PLN yang sekarang jadi agak jarang komunikasi. Mungkin sibuk yaaa. Tapi selalu nyempetin buat kumpul bareng kalau lagi cuti. Aah, i miss You. Mbak ini juga lagi nunggu mas-mas yang ngajak ta'aruf. Mas siapa? I dont know who.
# terakhir, ini yang paling muda di antara kami berenam. Biasanya sih dipanggil Gembel, padahal namanya Ayu. Mbak ini sedang kerja di bidang properti. Lagi mau S2 Hukum juga katanya. Sedang lelah dengan si abang, entahlah karena apa.

Foto kedua itu diambil di Food Festival di parkir mobil Ponorogo City Center. Momennya H-1 lebaran sekaligus buber berenam. BAru sempet buber karena ya, baru bisa kumpul tanggal 16 Juli. Oiya, itu sesaat setelah ngedate pertamaku sama mas cami, jadi mas cami saya minta enggak usah lama-lama ya kencannya soalnya saya ada janji sama sahabat-sahabat saya. Hihi...

Foto ketiga sayangnya cuma berlima. Momen lamaran. Hehe. Anjar enggak bisa hadir karena ya lagi di pulau seberang. Tapi saya tahu, doa restunya selalu menyertai. Aamiin.

Jadi, H-4 sebelum lamaran saya lagi bbman sama Nisa. Membicarakan trip-nya sama Gembel ke Bromo weekend ini. Lantas saya bilang, 'jadi kalian pilih ke Bromo daripada datang ke lamaranku besok sabtu?' . Lalu grup Besties di Wa heboh, daaaan akhirnya saya baru berbagi cerita soal saya dan mas cami yang saat itu berencana mau lamaran. Shock, haru, bahagia, campur-campur yang kita rasain malam itu. Iya, walaupun hanya lewat chat namun ikatan batin kami begitu kuat. Aaahh, saya kangen. Kangen kalian.

Bahkan sekarang masih sering nyempetin kumpul meskipun kadang hanya berdua atau bertiga. Dan lagi, setelah menikah insha Allah mas cami memboyong ke Magetan, so pasti bakal sedikit lebih jauh sama mereka. Tenang guys, kita akan tetap jadi bagian dari lingkaran itu apapun status kita. Kita masih bisa berkumpul dan membicarakan apapun itu. Saya sayang kalian. Dan pintu rumahku akan selalu terbuka untuk kita semua kelak.

Next target: sesi foto pake piyama berenam, difoto Aris tentunya. Hihihi.

So, do you wanna our bridesmaid guys?

------
Calon Ny. Rizal, diketik dengan rasa kangen yang membuncah.


Souvenir, Tanda Terima Kasih...

Aku & Mama sempat mantap memilihnya

Ini juga lucu dan sudah sangat jarang.

Ini rekomendasi dari sahabat.

Hasil blogwalking bridezilla, dan sempat kepincut.

Ini lucu, tapi pesan dimana selucu itu?

Ini tempat pensil. Identitas mas cami nih

Ini asbak plus tempat lilin di tengahnya

Foto-foto di atas adalah beberapa souvenir yang sempat aku lirik dan bikin tidur tak nyenyak. Kenapa sampai sebegitunya? Hehe, dasar aku saja yang sedang galau capcipcup kembang kuncup.

Mama dan papa antusias banget ngurusin resepsi. Seneng dong, alhamdulillah #peluksatu-satu. Beberapa waktu lalu, selalu ada waktu rapat dari ba'da magrib hingga adzan isya menjelang. Salah satu hal yang dibahas berkali-kali adalah souvenir. Oke jaman sekarang hampir setiap acara, utamanya resepsi pernikahan selalu enggak ketinggalan pasti dapat souvenir. Souvenir sebagai tanda terima kasih atas kehadirannya berbagi doa restu kepada mempelai berdua. Dewasa ini, berbagai bentuk souvenir telah mewarnai kehidupan acara resepsi. Mulai dari barang pecah belah seperti gelas, mangkok kecil, toples, hingga tempat lada dan garam, lalu ada berbagai bentuk kipas, pemotong kuku, pengupas buah, centong nasi, dan lain-lain. Bahkan ada yang ngasih souvenir kaktus dan biji-biji tanaman, lalu pernah dapat pula buku doa dan resep obat herbal. Semakin hari semakin kreatif. Hihi.

Buat yang punya budget lebih untuk urusan satu ini, tentu enggak masalah deh ya mau memilih souvenir seperti apa dan seharga berapa. Tentu juga dilihat berapa jumlah undangan serta kebermanfaatan souvenir. Kalau di kotaku, souvenir khusus diberikan kepada tamu perempuan. Yang laki-laki, enggak dapat, kecuali datang bersama pasangannya, ibunya, neneknya, pacarnya, atau saudara perempuan, atau siapanya sajalah yang penting perempuan.hehe

Setelah beberapa kali membahas perkara souvenir, yang mana papa cukup cerewet, hehe, diputuskanlah salah satu dari foto di atas sebagai souvenir. Bermanfaat, lucu, dan masuk di kantong kami untuk sekitar 1000 undangan. 1000 undangan ini udah undangan gabungan dari undangan papa, mama, aku, dan udah termasuk saudara dekat dan saudara jauh ya.

Beberapa foto di atas aku ambil dari IG vendor souvenir. Yang paling favorit sih evysouvenir dari Jogja. Dari setahunan lebih yang lalu udah sering lirik-lirik evysouvenir, padahal belum ketemu jodoh.hehe..dan selalu mupeng setiap aploud foto baru. Ada juga souvenir yang home base-nya di Semarang. Lalu entahlah, pembuka botol berbentuk sandal unyu itu dapat dari internet, entah kemana aku harus mengorder.

Yang tempat pensil model boneka profesi itu home base-nya di Madiun. Deket sih dan sempat WA-an sama ownernya yang baik banget. Tapi kemarin masih sekedar tanya-tanya ya. Lalu yang terakhir itu barangnya di Malang. Aku punya satu yang warna biru, dulu beli di bapak-bapak yang mobile di dekat kampus. Tapi sekarang bapak-bapak itu setauku punya lapak di Pasar Minggu Malang, pasar yang adanya cuma hari Minggu pagi sampai siang di Kota Malang.

Rencananya, untuk penghematan juga nih, pengemasan akan dilakukan sendiri, oleh siapa? Ya aku dong. Siapa lagi? Untuk urusan souvenir ini diberikan di acara resepsi dari pihak perempuan, jadi yang punya gawe adalah puapa dan mama. Untuk acara di rumah mas cami, belum tahu ya gimana. Oiya, pas aku sharing ke mas cami soal souvenir, beliau oke-oke saja. Ah, groom mah oke-oke ajah. Hua.

Oiya, beberapa minggu lalu sempat mengunjungi salah satu galery keramik di daerah Dinoyo Malang, ditemani Ayu. Rencana awal adalah menanyakan harga gelas keramik yang disablon bakar. Dan setelah enggak sengaja berbelok ke salah satu outlet, ternyata outlet itu adalah outlet yang memang aku gunakan mencari referensi (berdasarkan sticker dari souvenir yang di dapat). Ternyata di Dinoyo selain produk keramik, juga menyediakan berbagai bentuk souvenir. Kan, semakin bingung.


Sabtu, 29 Agustus 2015

Paes Ageng Muslim Pilihan Kami

Source: Instagramnya Owly

Raja dan ratu sehari. Yes, ungkapan itulah yang sering terdengar ketika acara resepsi pernikahan digelar. Sepasang pengantin bak raja dan ratu sehari. Karena konon katanya, every king need a quen. Hehe

Oke, untuk acara resepsi aku mantap memilih paes ageng muslim. Paes ageng muslim? Kurang lebih seperti foto di atas. Itu adalah pernikahan teman SMP sekitar setahun lalu. Tren seperti itu kembali booming, karena ya life circle, selalu berputar, termasuk perkara model baju. Di foto itu tampak mempelai perempuan tidak berhijab ya, namun sebenarnya dia menggunakan manset warna kulit dan kerudung hitam di atas paes. Tetap menggunakan prada emas pasangan, karena katanya enggak bisa jika dilukis langsung (pidih). Jadi urutannya itu adalah manset warna kulit dilapisi dodotan kemben lalu terakhir menggunakan rompi hitam. Aksesoris lain seperti sunduk mentul, kalung 3 shap, anting-anting semuanya sama. Sedangkan untuk mempelai laki-laki, tetap sama ya dengan biasanya.

Kenapa memilih paes ageng?
Dewasa ini, ketika menghadiri acara pernikahan entah saudara atau teman, kebanyakan adalah menggunakan riasan muslim. Iya, aku berhijab. Dulu sempat galau mau memakai warna tema apa. Warna yang sedang booming sekarang adalah warna-warna kalem seperti peach, abu-abu, pink muda, dan warna-warna hangat lainnya. Sempat mikir, wah pake peach bagus nih. Tapi setelah liat foto-foto yang menikah menggunakan warna peach, difoto keliatan kurang segeerrr. Seger? Emang es buah?

Iya. Sebenarnya karena bingung warna tema. Lalu, tiba-tiba teringat tentang rias paes ageng muslim dan akhirnya, well rias paes ageng muslim dengan baju beludru hitam. Mas cami sih oke-oke aja, asal calon istri senang katanya, harus itu, hehe. Tapi warna tema untuk orang tua, among tamu, dan lainnya juga tetap ya harus diperhatikan, karena berkaitan pula dengan warna tema untuk dekorasi. Selain karena galau soal warna, alasan sebenarnya karena aku tinggal di Jawa, pengen banget unsur Jawa-nya kental di acara nikah. Secara kan akau ratunya, apa mau ratu dong. Hehe..bercanda. ya karena sudah jatuh cinta saja dengan rias dan baju model ini. Simple elegant. True?

Tapi tetep nih, perlu rundingan lebih lanjut lagi sama rajanya. Y karena terpisah jarak inilah, daripada misscom, akhirnya bahasnya lewat bbm hanya sewajarnya saja. Hiks.


Kamis, 27 Agustus 2015

Rindu Kamu



Berikan aku secawan madu untuk menawar rindu
Berikan aku selembar tiket untuk menangkap temu
Rindu..bertemu..
Rindu..segalamu..
Rindu..menguji sabarku..
Rindu..kamu..
Kamu..calon suamiku.


Review Sewa Gedung Sasana Praja

Ini nih, Gedung Sasana Praja tampak depan.

Gedung Sasana Praja Jalan Diponegoro Ponorogo #abaikanfotoyangblur



Tarif Type A

Tarif Type B, ini kalau hiburannya band

Tarif Type C, kalau hiburannya musik electone

Alhamdulillah keluarga sangat semangat dalam persiapan ini. Ini apa? Ah, rasanya saya masih belum percaya jika mau menikah. Jadi mau menyebut persiapan pernikahan saja, hati sudah dagdigdug. 😂😍

Alhamdulillah papa dan mama sepakat menggunakan Gedung Sasana Praja. Setelah mencari info melalui salah satu rekan kuliah mama, akhirnya didapat info yang pada intinya jika mau membooking gedung dapat langsung menghubungi Mbak Ika di Bagian Umum Pemkab. Lokasi kantornya di lantai 1 gedung tingkat 8 (aku lupa nama gedungnya), di dekat lift, bagian kiri resepsionis. Mbak Ika menjelaskan perihal persewaan gedung sambil mengeluarkan selembar brosur. Entah ya aku kurang tahu apakah harga di brosur itu untuk kalangan umum atau untuk kalangan PNS saja (mengingat gedung ini adalah milik Pemkab dan dalam persewaan gedung menggunakan nama papa yang juga PNS). Yang jelas dari brosur it sudah sangat jelas fasilitas apa yang didapatkan. Untuk Type B itu untuk hiburannya band, sedangkan type C hiburannya musik electone. Kenapa beda? Ya karena kebutuhan listriknya akan berbeda pula. Mbak Ika orangnya asik sih, selama kita juga asik sama beliau. Hehe

Oiya, maafkan foto gedung di atas yang ala kadarnya. Foto diambil di atas mobil berjalan. Jadi kan karena mas cami belum tahu gedungnya, aku fotoin deh pas lewat sana disetirin papa. Jadi soal gedung beres ya, tinggal menghubungi bagian pelaksana H-7. Alhamdulillah, satu udah keurus.

Dan oke, di atas udah ada sedikit bocoran tarif sewa SP guys. Selamat merenungkan. Hihi


Cheers,

Calon Ny. RA 😍


Resep Jamur Kentang Mekuhi

Beberapa waktu lalu, mas cami menyodorkan proposal jangka panjang, doski kalau kerja mau bawa bekal makan siang, dan enggak mau sayur berkuah. Ya  well, sebagai calon istri yang juga sedang belajar masak, akhir-akhir ini semakin rajin googling masakan apa ya yang cocok untuk bekal suami kerja. Menunya simple tapi enggak bikin bosan dan bergizi tentunya. Dan pagi tadi, tiba-tiba pengen masak yang beraroma kentang. Dan voila, akhirnya tercetus ide buat masak Jamur Kentang Mekuhi alias jamur tiram dimix sama kentang lalu dikasih jagung cabai merah dan brokoli. Kenapa mekuhi? Itu singkatan merah kuning hijau aja sih. Didapat dari warna cabai merah, jagung, dan brokoli. 😂
Ini aku posting supaya enggak lupa aja sih, syukur-syukur ada yang baca blog ini. Hihi. Nih contekan resepnya:


Bahan:
(Banyaknya sesuai selera dan kebutuhan ya guys)

1. Kentang.
2. Jamur tiram.
3. Brokoli.
4. Jagung manis.
5. Cabai merah.
6. Bawang merah + bawang putih + bawang bombay.
7. Garam.
8. Gula.
9. Penyedap rasa (aku pakai Royco ayam).
10. Saus tiram (aku pakai Saori).
11. Air.
12. Tomat.

Cara Memasak:
1. Kupas kulit kentang, cuci bersih, iris sesuai selera.
2. Cuci bersih jamur tiram, iris memanjang/suir-suir.
3. Iris brokoli per kuntum, cuci dengan air garam, diamkan.
4. Cuci bersih cabai merah, iris bulat kecil.
5. Cuci jagung manis, pipil.
6. Goreng bawang putih hingga harum.
7. Masukkan bawang merah dan irisan tomat, goreng sampai setengah matang.
8. Masukkan kentang, aduk rata.
9. Masukkan bumbu-bumbu garam, penyedap, dan gula.
10. Masukkan jamur tiram, jagung, brokoli plus saus tiram.
11. Masukkan air secukupnya.
12. Masukkan brokoli. Aduk hingga merata. Diamkan hingga air asat.
13. Hidangkan.

Rasanya, nilai 9 lah dari 10. Hehe. Yaiyalah, dimasak-masak sendiri, dimakan sendiri. Abang masih di Bogor sih ya. Hiks. Okay. See you di resep lainnya.


Rabu, 26 Agustus 2015

Ponorogo dan Vendor-vendor Pernikahan

Halo Ponorogo. Kota kecil di bagian selatan Jawa Timur ini merupakan kota yang berada di bawah pengaruh jawa bagian tengah. Bahasanya cenderung halus meskipun kadang terkesan galak karena terbawa tokoh Warok dalam kesenian Reyog. Kotanya atau lebih tepatnya kabupaten ini jauh dari kata macet dan mau kemana-kemana terasa dekat. Well, membaca blog persiapan pernikahan para bridezilla yang kebanyakan di kota besar sedikit mempengaruhiku dalam menuliskannya. Di Ponorogo dipastikan tidak akan ribet dalam memillih vendor-vendor pernikahan. Bukan karena terlalu sedikit vendor yang tersedia. Namun kembali bahwa Ponorogo itu kabupaten kecil yang tidak ribet segala sesuatunya. Tinggal kita bagaimana memilah dan memilihnya.

Banyak kok vendor-vendor salon rias pengantin di Ponorogo. Menyebar di berbagai daerah di Ponorogo. Kembali kepada kita calon konsumen mau menggunakan salon mana. Sejauh ini aku memang belum survey karena jujur saja masih bingung bin galau mau makai salon mana. Soal hasil riasan, itu relatif ya. Setiap orang akan berbeda dalam memberikan pendapatnya. Namun yang jelas, setiap salon rias pasti memiliki kekhasan sendiri dan itulah nyawa dari riasan pengantin. Raja dan ratu sehari.

Rumahku di kawasan Kecamatan Kota. Di sekitar rumahku tidak ada salon rias pengantin. So far ak menghimpun info dari beberapa teman dan saudara yang sudah menikah, dari sahabat-sahabat via grup WhatsApp,  dan mencoba membandingkan hasil riasan dari masing-masing foto dari salon yang bersangkutan melalui sosmed. Hasilnya malah bikin semakin galau. Hehe. Namun yang jelas, vendor salon yang akan aku ambil berlokasi di Kecamatan Kota, memiliki baju pengantin yang aku inginkan, paket yang ditawarkan oke, dan yang paling penting adalah cocok di kantong. Tetep ya.

Vendor selanjutnya yang tak kalah penting adalah gedung resepsi.  Bagi yang acaranya diadakan di rumah, tentu coret saja ya list gedung resepsi. Nah karena rumahku berada di perumahan yang notabene terbatas lahannya, jadi ya menggunakan gedung resepsi. Tidak banyak gedung resepsi yang ada di Ponorogo dan ini akan sangat memudahkan. Kalau gedung yang paling dekat dengan rumah adalah Graha Nirwana. Sempat melirik gedung ini karena lokasinya deket banget sama rumah, jadi biar mudah tinjau lokasi dan wira-wirinya. Belum sempat survey langsung ke TKP. Namun perlahan opsi menggunakan Graha Nirwana gugur karena beberapa hal. Jadi ortu yang sering dateng ke kondangan, salah satunya adalah ke Graha Nirwana ini bilang kalau kurang sreg mau ngadain acara di sana, padahal lahan parkir luas, lokasi strategis di pinggir jalan utama Ponorogo-Madiun, dan deket sama terminal. Selain itu ternyata berdasarkan info dari mulut ke mulut, harga sewa gedung ini mahal cin kalau dibandingin lainnya. Berapa pastinya enggak tahu ya, yang jelas untuk acara malam hari sekitar kepala 6.

Next ada Tambak Kemangi Resort Jalan Juanda Ponorogo. Ini bukan gedung sih ya. Konsepnya semi outdoor. Ke Tambak Kemangi sekali lagi aku dapat info dari saudara yang kebetulan awal bulan ini mengadakan resepsi di sana. Dia bilang kisaran 4,5. Ditambah parkir 200K. Jadi katakan total 4,7. Tempatnya menurutku cozy. Mudah dijangkau juga. Namun lahan parkir enggak seluas Graha Nirwana.

Lalu ada gedung Sasono Kresno. Gedung ini terletak di Jalan Urip Sumohardjo, Pasar Songgolangit ke arah barat. Termasuk gedung lama buat acara nikahan. Muat berapa orang yang jelas gedung ini lebih kecil dan banyak pilar di dalamnya. Harga yang ditawarkan kisaran 3,5. Info ini didapat dari sahabatku yang bulan depan kakaknya ada acara di sini.

Graha Watudakon milik STAIN Ponorogo masuk list dalam memilih gedung. Gedung yang berada di area kampus ini setauku memang sudah sering digunakan untuk resepsi pernikahan. Beberapa minggu lalu aku menanyakan info ke salah satu petugas keamanan gedung. Oleh beliau diarahkan menuju bagian umum kantor tata usaha kampus. Dan setelah ke sana, kurang beruntungnya enggak ketemu sama kabag umumnya, namun ketemu sama staf bagian umum yang (maaf) agak judes. Dengan penuh hormat dan sungguh-sungguh, aku menanyakan bagaimana alur menyewa gedung itu beserta tarifnya. Dan jawaban yang aku dapatkan, 'mbaknya dari mana, gedungnya enggak disewakan'. Udah gitu doang, dan akhirnya saya malas lagi balik buat nanyain. Bye bye deh Watu Dakon

And the last ada Gedung Sasan Praja (SP). SP ini milik Pemkab Ponorogo. Letaknya di pusat kota, dekat dengan alun-alun dan strategis. Gedung berlantai dua ini memang terkesan mewah untuk ukuran kota kecil ini. Hehe. Sewa gedung ini ada beberapa type, tergantung penggunaannya. Dan, mama papa akhirnya sepakat menggunakan gedung ini insha Allah. Cerita lengkapnya aku posting di lain kesempatan yes.

Selain salon rias dan gedung, di Ponorogo yang bisa diurus adalah vendor dekorasi. Jauh sebelum dilamar, sempat membicarakan vendor dekorasi dengan sahabatku. Usut punya usut, jikalau dekorasi udah satu paket dengan salon rias, jatuhnya akan lebih mahal. Ya minimal sejeti lah. Soalnya salon kadang juga menggunakan dekorasi rekanan. Sejauh ini ada dua vendor dekorasi yang jadi bahan pertimbangan. Pertama adalah Hardy Decoration Jalan Janoko. Ini sih saran dari sahabat. Belum sempat nanya ke sana karena memang belum sempat. Yang kedua entah apa namanya, yang jelas pemiliknya bernama Pak Cuprus, alamat di Jalan Semen Remeng. Soal harga kabarnya Pak Cuprus ini dibawahnya Hardy Decoration. Pak Cuprus ini rekomendasi dari temen mama sewaktu nanya-nanya soal SP. Yang jelas, yang harus diperhatikan adalah panjang dan tinggi lokasi dekorasi, pakai bunga palsu atau bunga hidup atau campuran, selebihnya hampir sama ya mulai dari janur depan, standing flower, karpet, dan semua-muanya dekorasi.

Vendor selanjutnya adalah CATERING. Ini yang pasti bakal habis banyak 😂. Ya iyalah. So far belum diputuskan menggunakan catering mana, karena memang ada banyak rekomendasi dan belum ada sama sekali yang kami tindaklanjuti. Lagian kalo di kota kecil gini, enggak akan ngaruh catering rekanan sama gedung. Jadi mau pakai catering mana aja boleh aja, enggak ada charge khusus semisal tidak menggunakan catering rekanan gedung.

Undangan. Undangan ini mutlak dan harus ada. Maunya sih enggak mahal dan soft cover aja. Desainnya bagaimana belum deal juga. Satu offset sempat aku datengin sih beberapa hari lalu, yaitu Eva Print di Jalan Lawu. Sempat juga ditawari temen yang punya usaha percetakan, namun belum ada pembicaraan lagi sih.

Souvenir. Jaman sekarang semua acara kayaknya selalu dikasih souvenir ya. Mulai dari barang pecah belah, kipas, gunting kuku, dan lain-lain. Dari awal mama dan aku sudah memutuskan bakal ngasih souvenir apa. Tapi papa lagi-lagi turut andil dan kurang sreg dengan souvenir pilihan kami. So, belum diputuskan. Ada beberapa toko souvenir di Ponorogo, cuma aku yang kurang sreg. Alternatifnya adalah online souvenir dari Jogja. Selain itu kemarin pas ada kesempatan ke Malang, aku mengunjungi salah satu galery kerajinan keramik yang ternyata juga menyediakan aneka ragam souvenir. Setidaknya sudah dapat gambaran berikut range harga jika pesen 1000 souvenir.

Dokumentasi. Selain dokumentasi atau fotografer rekanan dengan salon rias, sekarang menjamur fotografer freelance. Tapi sudahlah, bukan pasrah atau gimana, tapi aku sudah terlanjur jatuh cinta sama segala jepretannya Ariessphoto. Jadi, insha Allah akan selalu menggunakan Ariessphoto ini.

Mm..apalagi ya yang bisa dipenuhi di Ponorogo sendiri? Aku rasa cukup dulu y postingannya, capek cin. See you.


Selasa, 25 Agustus 2015

Alhamdulillah, One Step Closer



Sungkem satu-satu

My Besties, sayangnya minus Anjar nih yang lagi di Borneo



Sabtu 1 Agustus 2015.

Tidak ada yang menyangka awal bulan Agustus akan menjadi hari bersejarah. Alhamdulillah acara terlaksana dengan lancar dan tanpa halangan. Rombongan mas cami datang tepat waktu. Sempat ketar-ketir takut tempatnya tidak cukup, karena mas cami juga mengikutsertakan teman-teman satu lettingnya dari kesatuan tempat mas cami mengabdi. Tapi masalah teratasi karena sebagian yang hadir duduk santai di ruang TV.


Acara dibuka oleh pamannya mama sekaligus juru bicara keluarga. Setelah itu menanyakan maksud kehadiran rombongan mas cami sekeluarga. Dari pihak mas cami diwakili oleh pakdenya mas cami, alias kakak laki-lakinya ibu camer. Ketika pakde mengatakan maksud kehadirannya untuk meminangku sebagai pendamping hidup mas cami untuk selamanya, deg-degan syekali. Posisiku yang saat itu duduk di samping mas cami, di tengah para tamu, cuma bisa memandang karpet dan memain jari jemari sambil sesekali berbisik lirih ke telinga mas cami. Huwa. Deg-degannya itu lo. Ruarrrr biasa. Tanpa banyak cakap, pamannya mama menanyakan ke aku apakah aku bersedia, dan aku cuma senyum-senyum manja. Ecie. Lalu selanjutnya adalah memasang cincin. Iya, cincinnya cuma satu dan kegedean pula. Hehehe. Ya namanya juga darurat. Maka dari itu, akhir kata mas cami memasangkan di jari manis. Sempat bingung di jari manis kanan atau kiri. Iya, kita tiba-tiba jadi blank dipasang di sebelah mana. Ah, yang penting terpasang di jari manis. Setelah cincin terpasang yang dibahas adalah masalah hari, penentuan hari belum deal saat itu karena sempat ada perdebatan di luar lamaran pagi itu. Akhirnya yang dibahas adalah sedikit alur pengajuan nikah di kantor mas cami. Acara selanjutnya adalah makan-makan.

Alhamdulillah, one step closer. Terima kasih y Allah, terima kasih mama papa, mas cami, ayah ibu, saudara-saudara, sahabat-sahabatku (Ani, Aneke, Ayu, Annisa, Anjar), Aris dan Ipaq udah motoin, tetangga-tetangga yang hadir dan mendoakan. Kami mohon doa restu atas niat baik kami.


Ini nih IG-nya Arries Photo. .yang mau hubungi Aris ada kontaknya di bio IG kok( https://instagram.com/p/50mBWcODZV/ ).


Senin, 24 Agustus 2015

Persiapan Lamaran

Siapa sih yang enggak pengen dilamar? Siapa sih yang enggak seneng kalau lelakimu bilang mau melamar?

Alhamdulillah wasyukurilah, bulan lalu mas cami mengajukan proposalnya untuk melamarku. Rasanya jangan ditanya karena memang nano-nano. Latar belakang kita yang memang baru kenal lalu lamaran, seolah memang seperti percaya enggak percaya. Tapi ini skenario Tuhan. Percayalah ini yang terbaik.

Jadi ceritanya Selasa malam mas cami menelepon ngasih info kalau Sabtu pagi beliau beserta keluarga, kerabat, dan sahabat mau datang ke rumah, sekalian bawa hantaran katanya. Ya kaget sih, karena memang belum persiapan apa-apa. Lalu malam itu juga diadakan rapat dadakan di rumah guna membahas acara weekend itu. Dan beberapa hasilnya adalah sebagai berikut:

1. Konsep Acara
Lesehan di ruang depan. Bertindak sebagai juru bicara adalah pamannya mama. Yang diundang adalah beberapa saudara dekat, beberapa tetangga dekat, serta sahabatku. Acaranya pagi. Rundown sih menyesuaikan sikon. Yang jelas ada acara peminangan dari pihak mas cami #ecie, pemasangan cincin buat aku, doa, dan makan-makan.

2. Konsumsi
Ini harus ada di setiap acara ya. Konsumsi kita sekeluarga sepakat konsepnya prasmanan dan masak sendiri #hematbeb. Hidangannya antara lain list-nya adalah nasi, mie goreng, capjay, ayam goreng, sate ayam Ponorogo plus lontong, urap-urap, sayur tempe pedas, kerupuk, es Manado, Aqua gelas, dan pisang. Untuk alat makan alhamdulillah mama sudah menyediakan, tinggal sewa beberapa wadah buat prasmanan dan taplak meja. Selain itu juga ada beberapa makanan ringan buat suguhan tamu, sama teh dan kopi sih.

Oiya, thanks a lot buat mamanya Ani yang udah mau nemenin ke Surya Catering buat nyewa alat prasmanan. Makasih juga buat Ani yang udah mau bantuin memasang taplak dan menata buat tempat prasmanan, kamu berbakat beb..hihi.

3. Hantaran
Hantaran yang dimaksud adalah hantaran balik untuk rombongan mas cami. Hantaran berupa lemper, sosis ayam, madumongso, kue kering, roti marmer by Nabila Bakery, dan makanan berat. Oiya selain itu juga buat yang perempuan aku kasih oleh-oleh roti buaya mini atau crocodile bun dari Bless Bakery. Lucu dan unik bentuknya. Selain itu, filosofi roti buaya adalah lambang kesetiaan.

4. Dress Code
Pengennya sih bajunya kembaran sama mas cami. Ya minimal senada lah warnanya. Namun karena terbatasnya waktu dan mas cami enggak bisa ijin keluar dari mess jadi ya kita pakai baju yang enggak nyambung, hehe.

5. Cincin
Mas cami bilang enggak mau memakai cincin emas. Dan lagi-lagi karena terbatasnya waktu, ibu camer baru bisa beli cincinnya H-1 sebelum acara. Itu pun ditemenin Dik Dita, iya karena mas cami baru bisa keluar mess setelah Magrib. Cincinnya seperti apa, SURPRISE katanya.


6. Dokumentasi

Ini juga hal wajib yang harus ada. Sejak sebelum kenal mas cami, sudah punya cita-cita nanti kalau lamaran make Ariess Photo. Setelah galau make atau enggak, akhirnya make deh. Makasih beb Aneke yang udah mau nyomblangin sama bebeb kamu soal dokumentasi. Untuk kontaknya next ya di-share. Atau coba deh cari ariessphoto di Instagram, and you'll find it guys.

Well, seperti maraton nyiapin semuanya. Belum lagi jadwal belanja. H-2 sebenarnya ada sedikit drama dari mas cami. Beliau dapat tugas untuk ngepam RI 1 alias Pak Jokowi yang akan kunjungan ke Jombang (pas itu ada acara Muktamar NU). Daaan beliau mau menunda lamaran. Jeng..jeng..siapa yang tidak sport jantung cin. Untung saja, H-1 sudah dapat keputusan kalau akhirnya mas cami sekeluarga akan tetap datang sesuai rencana. Alhamdulillah. Tapi masih deg-degan sih. Well, lanjut postingan selanjutnya ya. See you.

Finding You, Mr. Right!

Kehadirannya adalah kado terindah untukku di tahun 2015. Pun ketika niat baiknya untuk melamar di bulan Agustus menjadi kado ulang tahun terindah. Perjalanan kami memang baru saja dimulai. Tanpa waktu lama, rasa klik itu muncul bersamaan di antara kami. Alhamdulillah Allah memudahkan segala proses yang harus kami lalui, karena mengingat kami memang baru saling kenal. Tapi entah mengapa, keyakinan pada diri kami lebih besar daripada rasa takut akan hegemoni siapa dia dan siapa saya sebelumnya. Namun, bukan tanpa ujian pula. Sebagai makhluk beriman, ujian selalu ada untuk menjaga dan mengukuhkan keimanan. Terima kasih Allah atas nikmatMu berupa 'dia', dia yang selanjutnya akan saya sebut sebagai mas cami, alias mas calon suami.